Actions

Work Header

Rating:
Archive Warning:
Category:
Fandom:
Relationship:
Characters:
Additional Tags:
Language:
Bahasa Indonesia
Series:
Part 6 of 36 TWICE ship
Stats:
Published:
2024-07-30
Words:
6,130
Chapters:
1/1
Comments:
1
Kudos:
7
Hits:
70

Paint My Love

Summary:

Memiliki perasaan pada gadis populer di sekolah hanya akan memakan hati. Kau hanya bisa mengaguminya dari kejauhan tapi tidak pernah memiliki kesempatan untuk mendekatinya. Dan itu terjadi pada Chaeyoung ketika ia memiliki perasaan terhadap Jihyo.

Or

Chaeyoung mengikuti lomba melukis untuk mendapatkan hati Jihyo.

Notes:

(See the end of the work for notes.)

Work Text:

"dengarkan aku, apakah Jihyo sunbae cantik?"

"ne"

"apakah sunbae memiliki personality dan hati yang baik?"

"ne..."

"apakah sunbae saat ini single dan tidak dekat dengan siapapun?"

"ne? aku rasa tidak..."

"apakah sunbae terkait dalam sindikat mafia lintas negara yang membuat kau suatu saat bisa terkena incaran mafia lain dari musuhnya sunbae?"

"what kind of question is that!?"

"nah itu dia Chaeng, artinya kau tidak memiliki alasan yang menghambatmu untuk tidak mengungkapkan perasaanmu kepadanya kan?" Dahyun menyimpulkan.

Chaeyoung menggaruk kepalanya kasar, merasa gemas dan frustasi dengan temannya ini. "kenapa kalian selalu saja tidak mengerti ketika aku menjelaskan sih? ini tidak semudah seperti yang kalian katakan"

"bilang saja kalau kau penakut Chaeng haha" sindir Tzuyu.

"aniya!" Chaeyoung langsung menyangkal. "it's just... Jihyo sunbae is just too perfect, okay? dari penampilannya, dari akademiknya, semuanya sempurna. dia adalah primadona sekolah dan tentu saja banyak orang pasti juga menginginkannya. selain itu Jihyo sunbae bahkan tidak mengenalku sama sekali, jadi bagaimana bisa aku bisa confess kepadanya?"

"mungkin coba dengan cara klasik? kau dekati saja pelan-pelan, ngobrol sedikit basa-basi saja nanti lama-lama dekat kan?" saran Tzuyu.

"aku tidak punya alasan untuk memulai pembicaraan..."

"atau mungkin kau bisa mengetes keberuntunganmu? langsung confess saja siapa tahu ternyata kau diterima olehnya?" Dahyun menaikan kedua bahunya.

"hanya orang bodoh yang melakukan itu" komentar Chaeyoung.

"lebih baik kami melihat kau melakukan hal bodoh daripada kau menangisi Jihyo sunbae setiap hari" ucap Tzuyu yang membuat keduanya tertawa.

Chaeyoung berdecih sebal sambil kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Mereka bertiga saat ini sedang duduk di pinggir lapangan tenis. Ini adalah spot yang sering mereka kunjungi untuk menghabiskan waktu setelah pulang sekolah sambil melihat anak-anak ekskul tenis yang sedang latihan.

Tentu saja mereka disini atas ide dari Chaeyoung karena kakak kelas crushnya sedang latihan di sana. Itu dia di tengah lapangan sana, Park Jihyo sedang bermain tenis dan itu membuat Chaeyoung menjadi senyum-senyum sendiri melihatnya. Chaeyoung suka semuanya tentang gadis itu. Matanya yang bulat dan indah, senyumnya yang manis, pipinya yang tembam dan menggemaskan. Oh, Chaeyoung tidak pernah bosan melihat wajah cantik itu setiap saat.

Seperti yang ia katakan tadi, Jihyo is too perfect. Selain memiliki penampilan yang sangat menawan, Jihyo juga memiliki otak yang cerdas. Jihyo adalah seorang ketua osis di sekolahnya yang dikenal tegas dan juga bijak, semua orang segan terhadapnya. Selain itu Jihyo juga hebat dalam akademiknya. Beberapa kali Jihyo mewakili sekolahnya dalam lomba sains dan tentu saja memenangkan medali. Rumor yang sering Chaeyoung dengar, Jihyo selalu mendapat nilai seratus di semua mata pelajaran sains. Ditambah lagi sekarang dia juga bagian dari ekskul tenis dan menjadi salah satu yang terbaik sekolahnya.

Itu dengan mudahnya membuat Jihyo menjadi salah seorang paling terkenal di sekolah. Sifatnya yang selalu ramah membuatnya semakin disukai banyak orang. Memiliki crush terhadap Jihyo sudah menjadi rahasia umum dan Chaeyoung adalah salah satunya. Chaeyoung sangat mengagumi Jihyo dan perlahan rasa kagum itu berubah menjadi perasaan suka. Chaeyoung menaruh Jihyo ke dalam hatinya terlalu dalam sampai tak bisa dikeluarkan lagi. Dan sekarang Chaeyoung sangat jatuh hati kepada gadis itu.

Tapi, dari banyaknya orang yang pernah mengutarakan perasaannya, tak seorangpun yang pernah Jihyo terima. Setiap ada orang yang ingin mendekatinya, Jihyo pasti akan membuatnya mundur. Chaeyoung tidak pernah tahu alasan mengapa Jihyo tidak pernah menerima hati orang lain, semua orang tidak ada yang tahu, dan itu membuatnya cemas. Itu yang membuat Chaeyoung tidak tahu harus berbuat apa dan itu sering membuatnya murung karena ia tidak pernah memiliki kesempatan untuk mendekatinya.

Jihyo seperti bintang di langit. Sangat indah jauh di atas sana, tapi Chaeyoung hanya bisa menatap keindahan itu.

Helaan nafas berat keluar dari mulut Chaeyoung. "mungkin aku harus melupakan perasaanku saja terhadapnya..."

"haha aigoo manusia ini belum mulai tapi sudah menyerah" goda Dahyun sambil merangkulnya.

"ish!" kesal Chaeyoung menepis tangan Dahyun. "ini tidak semudah itu mendapatkan Jihyo sunbae. maksudku adalah, kalian tahu sendiri kan Jihyo sunbae dari dulu sampai sekarang tidak ada orang yang pernah memikat hatinya? ditambah lagi dia terlalu populer di kalangan banyak orang, jadi mana mau dia dengan orang sepertiku?"

"ayolah jangan terlalu cepat menyerah seperti itu. tidak penting kan kalau Jihyo yang hebat atau kau yang biasa saja? lagipula semua orang juga tahu kalau kau sangat pandai dalam menggambar dan melukis" Dahyun menyemangati.

"hanya kalian berdua yang tahu, okay? jangan dibesar-besarkan" ucap Chaeyoung.

"actually kau juga sangat terkenal kan Chaeng. kau tidak ingat siapa yang saat masa pengenalan dulu yang kecebur air mancur itu?" ucap Tzuyu.

"yah jangan ingatkan itu lagi!" seru Chaeyoung yang membuat keduanya tertawa.

Chaeyoung memutar matanya malas kepada kedua temannya yang selalu menggodanya itu. Ia kembali menatap ke depan tapi matanya langsung membulat lebar dengan apa yang dilihatnya, dan itu membuatnya panik.

"g-guys..."

Mendengar itu temannya berhenti tertawa. Mereka mengerutkan keningnya ketika Chaeyoung diam saja dan melihat ke arah Chaeyoung memandang. Seringai muncul di wajah mereka, paham karena melihat anak-anak tenis termasuk Jihyo yang sudah selesai latihan dan berjalan ke arah mereka.

Dengan paniknya Chaeyoung menunduk mengalihkan pandangan dari mereka pura-pura tidak melihat.

"hai guys" sapa Jihyo kepada mereka. "ini sudah mau gelap, jangan pulang kesorean ya"

"ne sunbaenim~" balas Dahyun dan Tzuyu ramah.

Dahyun menyikut Chaeyoung yang ada di sebelahnya membuatnya terkejut dan menaikan kepalanya. Ketika itu juga Chaeyoung langsung terpaku karena ia langsung dipertemukan dengan wajah Jihyo. Wajah Jihyo dengan mata indah sedang menatapnya.

"kalau begitu kami duluan ya, bye" Jihyo menatap Chaeyoung dan melempar senyum manisnya, sebelum akhirnya pergi.

Dan disitulah dimana rasa merinding menyelimuti tubuh Chaeyoung. Tubuhnya syok dan sama sekali tidak bisa ia menggerakannya. A-apa... apa baru saja Jihyo tersenyum padanya!?

"guys..." lirih Chaeyoung. "s-sepertinya... sepertinya aku mau..."

"oh, not again" Dahyun menepuk dahinya.

"sepertinya aku mau pingsan..."

"YAH CHAEYOUNG MENGAPA KAU PINGSAN BENERAN!?"


-


"kemana saja kau?" ucap Chaeyoung melihat Dahyun yang baru saja datang dan duduk di sebelah Tzuyu.

"mana saja, kepo" ucap Dahyun yang memasang senyum di wajah sangat lebar.

Tadi saat jalan ke kantin dia permisi untuk pergi ke toilet terlebih dahulu, tapi sekarang setelah kembali dia malah senyum-senyum sendiri. Dan itu cukup membuat temannya merasa aneh.

"bisakah kau berhenti tersenyum seperti orang gila begitu? kau membuatku merinding" ucap Tzuyu.

"kalian tahu Momo unnie yang sering aku ceritakan itu kan?" tanya Dahyun antusias dan keduanya mengangguk. "tadi aku tidak sengaja bertemu dengannya di toilet dan dia menerima ajakanku kemarin untuk jalan weekend nanti! finally ini first date kita berdua!"

"daebak, congrats untukmu. ternyata peletmu berhasil juga haha" canda Chaeyoung.

"hey enak saja, ini pure karena usaha, kerja keras, dan aku yang memang semenarik itu" ucap Dahyun.

"aku merasa kasihan sebenarnya karena Momo unnie harus menghadapi orang sepertimu" canda Tzuyu.

"sembarangan saja, sejak awal aku juga sudah tahu kalau Momo unnie akan menerima ajakanku. mana bisa Momo unnie menolak pesona princess charming sepertiku?" sombong Dahyun.

"hoek, aku mual mendengarnya" Tzuyu pura-pura muntah.

"bisakah kalian untuk kali ini senang saja?" protes Dahyun. "lagipula, at least aku sekarang sudah punya gandengan dan tidak single lagi, tidak seperti orang itu" sindirnya.

"hey! sebentar lagi aku juga akan punya ya!" Chaeyoung tidak terima.

"yeah, tapi hanya ketika kau bermimpi" ucap Tzuyu dan membuat keduanya tertawa.

Chaeyoung memanyunkan bibirnya sambil menyedot es tehnya. Setiap hari pasti seperti ini, selalu mendapat godaan dan ejekan dari kedua temannya yang menyebalkan. Rasanya ia ingin memukul mereka berdua sekali saja.

"hai guys, maaf mengganggu kalian"

Dahyun dan Tzuyu berhenti tertawa dan mereka bertiga menoleh ke samping melihat seorang gadis yang berdiri di ujung meja mereka. Keheningan sesaat terjadi di antara mereka dan itu mengartikan tidak ada yang mengenalnya, tapi mereka familiar kalau dia adalah kakak kelas.

"hai sunbaenim" sama mereka bertiga. Mereka masih cukup bingung ada apa dan mengapa ada orang yang mendatangi.

"oh ya kenalin namaku Sana dari osis" gadis itu memperkenalkan diri sambil menampakan senyumnya. "sebelumnya aku mau tanya dulu, siapa di antara kalian yang bernama Son Chaeyoung?"

"dia!" Dahyun dan Tzuyu langsung menunjuk orang yang dimaksud membuat yang ditunjuk terkejut.

"u-uhh, ne?" Chaeyoung menjadi gugup.

"ahh begitu. aku di sini hanya ingin memberitahu kepadamu kalau sepulang sekolah nanti kau dipanggil kepala sekolah di ruangannya" jelas Sana.

"ehh!?" Chaeyoung terkejut. "m-mengapa? a-ada apa aku dipanggil?"

"aku tidak tahu tapi kau akan lihat saja, nanti kau juga tahu sendiri" Sana menyeringai kepada Chaeyoung. "anyways itu saja dariku, bye guys~"

"y-yah mengapa kau tidak memberitahuku!" seru Chaeyoung tapi Sana menghiraukan panggilannya.

"Chaeng what have you done!?" heboh Dahyun.

"a-aku juga tidak tahu! aku tidak melakukan apapun" panik Chaeyoung.

"hayolo Chaeng, kau dalam masalah besar!" Dahyun memanasi.

"yah jangan menakutiku!" ucap Chaeyoung, tapi percuma karena ia sudah sangat gelisah sekarang. "o-ottokhae? aku bersumpah aku tidak melakukan hal apapun. m-mengapa aku bisa dipanggil kepala sekolah?"

"kau yakin kau tidak melanggar apapun peraturan sekolah Chaeng?" tanya Tzuyu.

"s-sepertinya tidak?"

"apa kau pernah membuat orang-orang kesal?"

"tidak juga"

"apa kau merusak fasilitas sekolah?"

"no! never"

"apa kau--"

Dahyun terkesiap terkejut. "jangan-jangan kau selama ini ternyata adalah pengedar di sekolah ini ya dan kau sekarang ketahuan!?"

"yah sembarangan saja kalau bicara!" seru Chaeyoung.

"ya sudah kalau tidak ada berarti aman saja bukan?" ucap Tzuyu.

"tapi tetap saja ini aneh sekali... kalau sampai kepala sekolah memanggil berarti ada suatu hal yang penting kan?" Chaeyoung khawatir.

"datang saja dulu dan cari tahu mengapa. kemungkinan terburuknya paling hanya drop out" canda Tzuyu.

"jangan sampai lah pabo!"

"I think this is it Chaeng, senang bisa mengenalmu selama di sekolah ini" Dahyun mendramatisir berpura-pura menangis.

"bisa diam tidak!" seru Chaeyoung membuat keduanya tertawa.

Chaeyoung bersumpah ia tidak pernah melakukan kesalahan apapun selama di sekolah ini. Bahkan sejak lahir pun ia selalu menjadi anak yang baik. Tapi kenapa di suatu hari yang tenang tiba-tiba kepala sekolah memanggilnya. Kepala sekolah lho bukan guru biasa yang memanggilnya. Dan itu membuatnya sangat takut dan cemas.


-


Setelah mengetahui kalau ia dipanggil oleh kepala sekolah Chaeyoung menjadi sama sekali tidak bisa tenang. Ia tidak bisa fokus ke guru yang mengajar di depan karena kecemasan menyelimuti dirinya. Otaknya terus memikirkan semua kemungkinan yang mungkin terjadi tapi tak satupun yang masuk akal mengapa ia bisa dipanggil. Chaeyoung sama sekali tidak mengerti dan ia sangat takut.

Hingga tak terasa waktu berjalan begitu cepat dan sekarang ini ia sudah berada di depan pintu ruang kepala sekolah.

Mungkin sudah lima belas menit Chaeyoung berdiri di depan pintu ruang kepala sekolah tanpa membuka ataupun mengetuknya. Jantungnya berdebar cepat dan tangannya gemetar. Ia sangat takut dan masih mengumpulkan keberanian untuk masuk ke dalam karena ia sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Ini diantara memang tidak terjadi apa-apa, atau hari ini adalah hari terakhir ia berada di sekolah ini.

Chaeyoung menghela nafasnya kasar menguatkan dirinya. At the end, ia akan tetap masuk ke dalam. Ia mengetuk pintu tiga kali dan membuka pintu.

"a-annyeonghasimnika, Mr Lee" ucap Chaeyoung gugup di depan pintu.

"ada apa?" tanya kepala sekolah yang duduk di mejanya.

"u-hh, mohon maaf sebelumnya, perkenalkan nama saya Son Chaeyoung, dan saya diberitahu kalau Mr Lee ingin menemui saya"

"ahh Son Chaeyoung, ne ne silahkan masuk dan duduk" sambut Mr Lee.

Chaeyoung melangkah ke dalam dengan gugup lalu duduk di kursi yang ada di depan mejanya. Sekilas dari geraknya Mr Lee terlihat cukup friendly, tapi itu tidak mengurangi kecemasannya sedikitpun.

Mr Lee melepas kacamatanya lalu mengaitkan kedua tangannya ke depan. "jadi begini, sekitar dua minggu dari sekarang akan ada penilaian sekolah dari kementrian. aspek-aspek yang nantinya akan dinilai seperti pengajaraan, fasilitas, atau lingkungan sekolahnya. kau pasti sudah tahu kan kalau di dekat gerbang sana terdapat tembok yang polos dan kurang enak dipandang? itu pasti bisa mengurangi nilai estetika nantinya"

Chaeyoung mengangguk kecil walau masih tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini.

"aku juga mendengar kalau ada lomba seni melukis mural antar SMA tingkat nasional. jadi, mengapa tidak menggabungkan keduanya saja bukan? sekolah kita jadi bagus sekaligus bisa memenangkan lomba. itu adalah alasan mengapa kau diundang ke sini, aku ingin mengajakmu untuk berpartisipasi mengikuti lomba tersebut"

"s-saya? ikut lomba?" Chaeyoung tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"haha iya benar. aku mendapat rekomendasi dari seseorang kalau kau sangat mahir dalam melukis jadi itu mengapa aku memilihmu untuk ikut lomba. dan jangan khawatir, nilai kesenianmu akan dipastikan mendapatkan A dan jika menang semua hadiah lombanya akan menjadi milikmu"

Chaeyoung bingung tak tahu harus berkata apa. Seseorang merekomendasi? Siapa yang merekomendasikan? Selain Dahyun dan Tzuyu ia tidak pernah mengatakan kalau ia mahir melukis dan menggambar. Ia juga tidak pernah mempublikasikan ke sekolah tentang karyanya. Bahkan ia tidak pernah ikut perlombaan menggambar dan melukis sebelumnya. Tapi mengapa tiba-tiba entah dari mana kepala sekolah bisa tahu tentang ini?

Ia lega karena ternyata ini bukan hal yang buruk tapi sekaligus bingung sekaligus senang sekaligus terkejut sekaligus-- pokoknya semuanya bercampur aduk sampai ia tidak tahu harus bagaimana. Ini hal yang sama sekali tidak terpikirkan olehnya.

"jadi bagaimana, apa kau menerima tawarannya?" tanya Mr Lee.

"uhh, n-ne? sepertinya i-iya tapi aku--"

"ah baguslah kalau begitu" ucap Mr Lee puas memotongnya. "nanti seharusnya kau akan didampingi oleh guru kesenian. tapi seperti yang kita tahu guru kesenian kita, Miss Jang, sedang pelatihan keluar kota makanya kau akan mendapat pendamping dari osis. seharusnya sih dia disini bersamamu sekarang tapi kemana orangnya" ucap Mr Lee sambil mengecek jam tangannya.

Disaat itu juga terdengar suara ketukan pintu yang disusul dengan pintu terbuka setelahnya. Chaeyoung membalikan kepalanya karena penasaran dan seketika itu juga matanya membulat dan mulutnya terjatuh tak percaya melihat seseorang yang masuk itu.

"J-ji... Jihyo..." lirih Chaeyoung terkejut.

"annyeonghasimnika, Mr Lee" Jihyo sedikit membungkuk dan berjalan masuk.

"ahh iya benar. Chaeyoung, Jihyo disini akan menjadi pendampingmu selama projek ini berlangsung" ucap Mr Lee.

"n-ne??!!"

Belum selesai terkejut dengan kehadiran Jihyo disini, Chaeyoung kembali dikejutkan dengan yang lainnya. Ia merinding di sekujur tubuh sekarang dan rasanya sulit bernafas karena semua keterkejutan ini. Apa dia tidak salah dengar? Jihyo? Jihyo menjadi pendampingnya!? Ia pasti sedang bermimpi kan? Ini tidak bisa dipercaya.

"senang bisa bekerja denganmu, Chaeyoung-ssi" Jihyo menampakan senyumnya.

"baiklah, kalian bisa mulai bekerja kapanpun kalian mau, silahkan" ucap Mr Lee.

"terima kasih Mr Lee" Jihyo sedikit membungkuk pada kepala sekolah. "kalau begitu, mari Chaeyoung-ssi"

Chaeyoung seperti tidak mendengar percakapan yang baru saja terjadi dan masih terbengong tidak percaya. Jiwanya melayang entah kemana dan otaknya masih terkejut dan tidak bisa memproses semua informasi yang diterima dalam waktu singkat ini. Ia butuh seseorang untuk menamparnya untuk bisa sadar.

"Chaeyoung-ssi?" Jihyo melambaikan tangannya di depan Chaeyoung.

"e-ehh?" Chaeyoung akhirnya tersadar. "u-uhh, ne... m-maksudnya ayo, eh m-maksudnya baiklah..."

Jihyo tertawa kecil kemudian berjalan ke luar ruangangan disusul Chaeyoung yang juga berdiri dari kursinya. Ia mengutuk dirinya sendiri dalam hati, mengapa bodoh sekali gugup di depan Jihyo.

"kita langsung ke tempatnya saja untuk melakukan survey?" Jihyo menyarankan ketika mereka keluar ruangan.

"n-ne, baiklah" Chaeyoung hanya mengangguk kecil kemudian mereka berjalan.

Ini semua terjadi begitu cepat dan sangat tidak disangka. Belum semenit lalu terjadi percakapan pertama kali di antara Jihyo dan Chaeyoung. Dan sekarang Chaeyoung bisa berjalan bersebelahan dengan Jihyo.

Chaeyoung sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya berjalan di sebelah crushnya seperti ini yang berjarak hanya beberapa senti saja. Sepanjang perjalanan ia terus menunduk, sama sekali tak berani menatap gadis yang ada di sebelahnya ini. Oh boy, perjalanan ini terasa sangat awkward untuk Chaeyoung. Ia hanya berharap kalau Jihyo tidak menganggapnya aneh.

"ini dia tembok yang nanti akan digunakan" ucap Jihyo ketika sampai.

Chaeyoung melihat tembok kosong yang ada di depannya sekarang. Benar kata Mr Lee kalau dilihat dari gerbang masuk tembok ini terlihat membosankan dan merusak estetika karena hanya berwarna putih polos ditambah lagi berlokasi di tempat yang cukup mencolok. Dan Chaeyoung baru menyadari sekarang.

"hmm..." Chaeyoung mengangguk sambil memandangi tembok itu. Ukurannya tidak terlalu besar tapi memiliki potensi yang besar.

"mungkin ini terlalu cepat untuk ditanyakan, tapi apa kau sudah punya bayangan apa yang akan kau gambar?" tanya Jihyo.

"umm... karena ini sebuah lomba dan akan dinilai, pilihan terbaiknya adalah mural yang berisikan tentang pesan-pesan seperti Let's Go Green atau Selamatkan Bumi atau semacamnya. pilihan lainnya mungkin karena ini tempatnya di dekat gerbang dan mudah dilihat banyak orang, aku terpikir membuat semacam doodle dengan nama sekolah kita disana" jelas Chaeyoung.

Jihyo mengangguk. "okay... tapi jujur saja aku belum kepikiran seperti apa hehe"

"ahh baiklah, let me just..."

Chaeyoung pergi ke kursi panjang yang ada di dekat sana. Jihyo mengikuti sambil duduk di sebelahnya dan ternyata Chaeyoung mengeluarkan laptop dari dalam tas. Chaeyoung langsung membuka browser dan mencari gambar-gambar yang bisa menjadi gambaran yang ada di kepalanya.

"ini dia yang aku maksud" Chaeyoung menunjuk ke layar laptop dan Jihyo mendekat untuk melihat. "ini contoh mural bertemakan Go Green yang ku bilang barusan. warnanya yang dominan hijau membuatnya terlihat fresh, sangat cocok karena lokasinya yang juga dikelilingi oleh pohon"

Chaeyoung mengganti tab dan mencari gambar sample kedua. "yang ini doodle yang ku bilang. karena ini dekat gerbang dan dilihat banyak orang jadi cocok untuk mural nama sekolah kita. desain gambar seperti ini lebih modern dan lebih disukai oleh anak muda"

"kau bisa menggambar sesuatu yang kompleks seperti itu? daebak" ucap Jihyo.

"of course aku bisa haha" Chaeyoung sedikit sombong.

"haha. hmm... kalau menurutku sih bagus dua-duanya. yang pertama terlihat sangat bagus untuk pemandangan seperti yang kau bilang tadi. yang kedua juga bagus, jadi nantinya tembok ini bisa menjadi ciri khas sekolah kita, itu juga akan menjadi spot foto yang bagus nantinya"

"yeah aku setuju" Chaeyoung mengangguk. "mengapa tidak gabung saja keduanya"

Chaeyoung menoleh ke samping dan ia langsung dikejutkan dengan wajah Jihyo, wajah Jihyo yang tak ia sangka dekat membuat hidung mereka hampir bersentuhan. Jihyo juga terkejut seperti Chaeyoung dan itu membuat keduanya membeku di tempat dengan mata mereka yang saling bertatapan. Hingga akhirnya Jihyo yang sadar terlebih dahulu dan mengalihkan pandangannya.

"uhh... ekhem" Jihyo berdehem berusaha menyembunyikan wajahnya yang tersipu malu. "a-hh, ne, a-aku pikir itu ide yang bagus"

"a-ahh, b-baiklah" setuju Chaeyoung dengan pipi yang terasa panas. Padahal tadi terjadi hanya beberapa detik tapi rasanya itu sangat lama. Bahkan ia sampai lupa apa yang mereka bahas sedari tadi.

"so... jadi akan seperti itu nantinya?" tanya Jihyo.

"maybe yes, maybe no, ini baru bayangan pertamaku saja dan mungkin nanti ada pilihan yang lebih baik lagi" ucap Chaeyoung sambil memasukan kembali laptopnya ke dalam tas.

"baiklah kalau begitu, terima kasih banyak Chaeyoung" Jihyo menampakan senyumnya sambil berdiri.

"ne, sama-sama sunbaenim" Chaeyoung juga tersenyum.

"haih tidak usah berbicara terlalu formal denganku, santai saja" ucap Jihyo.

"so... Jihyo unnie?"

"that's better"

"haha baiklah, nanti kalau ada perubahan atau apapun itu akan segera aku beri tahu" ucap Chaeyoung.

"ahh majja, bolehkah aku meminjam ponselmu untuk memberikan nomorku?"

"oh--" nomor telpon? Chaeyoung akan mendapat nomor telpon Jihyo!? Oh my god oh my god! Hatinya berteriak kegirangan. "n-ne..."

Chaeyoung mengeluarkan ponsel dari saku roknya dan memberikannya pada Jihyo. Jihyo mengetik nomor telponnya disana sebelum mengembalikan kembali pada Chaeyoung.

"itu nomorku, chat saja kalau ada update baru" Jihyo tersenyum. "baiklah maaf aku harus pulang duluan, bye Chaeyoung~"

Chaeyoung melihat Jihyo yang perlahan pergi meninggalkannya. Seketika Jihyo hilang dari pandangannya ia langsung melompat kegirangan. Hatinya bersorak gembira tak bisa menahan rasa bahagianya yang tak tertahan sejak tadi.

Berawal dari Chaeyoung yang pertama kali berbicara dengan Jihyo, pertama kali bisa dekat dengan Jihyo, berada di projek yang sama dengan Jihyo, dan sekarang ia mendapatkan nomor Jihyo juga!? This is an unbelievably happy day. Akhirnya setelah sekian lama, ia bisa mulai mendekati Jihyo. Oh betapa tidak sabarnya untuk kembali bertemu Jihyo lagi nanti.


-


Itu dengan mudahnya membuat menjadi hari-hari Chaeyoung setelahnya menjadi sangat baik. Of course orang pertama yang ia beritahu tentang itu adalah Dahyun dan Tzuyu karena akhirnya ia membuat progres pada Jihyo. Ia pamer dan tak bisa berhenti menceritakan kepada temannya betapa bahagiannya ia sekarang bisa dekat dengan Jihyo. Bahkan kedua temannya itu mengatakan kalau Chaeyoung kerasukan orang gila karena suka senyum dan tertawa sendiri di kelas.

Karena memang itu menjadi hari terbaik Chaeyoung. Yang awalnya tidak kenal sama sekali tiba-tiba berubah menjadi jauh lebih dekat karena projek melukis ini. Mereka juga sekarang saling chat, walau memang semua chatnya itu hanya tentang projek mereka saja tapi itu tetap menimbulkan senyum di wajah Chaeyoung ketika melihat notifikasi chat dari Jihyo. Ini langkah yang sangat bagus karena peluang mendapatkan hati Jihyo semakin terbuka lebar.

Tak terasa seminggu berlalu dan setelah cukup lama melakukan perancangan dan persiapan, hari ini adalah hari pengeksekusian. Chaeyoung tidak pernah merasa sesenang ini menunggu akan sebuah hari datang. Apakah Jihyo nanti juga akan ada? Kita lihat nanti dan Chaeyoung berharap begitu.

Bel terakhir berbunyi menandakan sekolah telah usai dan sekarang saatnya ia pergi ke tempat dimana ia akan melukis. Di sana Chaeyoung sudah bisa melihat perlengkapan melukisnya dari kuas, roller, dan juga berbagai macam warna kaleng cat yang sudah disiapkan sebelumnya. Semua alat tempurnya sudah siap sedia.

"hai Chaeyoung"

Chaeyoung menoleh ke belakang dan senyum langsung terlihat di wajah. "halo Jihyo unnie, kau disini juga?"

"well yes, karena memang ini tugasku kan untuk mengawasimu?"

"ah" Chaeyoung menggigit pipi dalamnya berusaha menyembunyikan senyumnya. Surely hari ini menjadi lebih baik karena ia bisa melihat Jihyo lebih lama.

"ready for today Chaeng?"

"aku rasa iya" Chaeyoung menaruh tasnya di samping, menguncir rambutnya, dan memakai apron, siap untuk memulai.

Ia mengambil kaleng cat berwarna hitam lalu membukanya. Aroma cat yang sangat khas masuk ke dalam hidungnya, ini sudah seperti parfum untuknya karena sangat candu. Ia mengambil kuas kecil dan pergi ke depan tembok itu untuk memulai pekerjaan awalnya.

"so, kita mulai dari mana?" tanya Jihyo yang muncul di sampingnya.

"hal yang pertama akan dilakukan adalah kita harus membuat sketsa gambarnya dulu" jawab Chaeyoung sambil membuat sentuhan pertama pada tembok.

"jadi kita tetap pakai rencana awal?"

"hmm"

Jihyo mengangguk. "lalu dimana gambar sketsanya?"

"tidak ada"

"tidak ada?" bingung Jihyo.

"haha iya tidak ada karena semua sketsa sudah ada di kepalaku" jawab Chaeyoung.

"ehh?? kau melukis dinding sebesar ini hanya dari kepalamu?" Jihyo terkejut.

"tentu saja, ini mudah" canda Chaeyoung sombong. "maksudku, inilah yang dinamakan seni. kita mengeluarkan isi pikiran dan hati kita ke dalam sebuah media. aku punya sketsa kasaran secara garis besarnya, tapi untuk eksekusinya aku menggambar sesuai apa yang keluar dari kepalaku"

"uwah daebak, imajinasimu sangat tinggi bisa melukis hanya dari isi kepalamu saja" kagum Jihyo.

"well, hanya dilakukan oleh profesional haha" sombong Chaeyoung. Hatinya melompat di dalam dadanya karena ia berhasil mengimpress crushnya. Nice move.

"lalu apa yang bisa kubantu?" tanya Jihyo.

"hmm tidak ada sih, kau bisa duduk saja"

"oh, jadi kau meremehkanku Chaeng?"

Chaeyoung tertawa kecil. "bukan begitu, maksudku karena ini lomba jadi kita harus melakukannya dengan perfect kan?"

"aigoo itu sama saja kau meremehkanku"

"haha arraseo, pakai apron dan ambil kuas lalu bantu aku" ucap Chaeyoung dan Jihyo langsung melakukan apa yang dikatakan.

Dan benar saja, ternyata Jihyo memang tidak bisa melukis. Setiap kali menggoreskan kuasnya ke tembok pasti selalu saja salah. Chaeyoung mengajari bagaimana melakukannya dengan benar tapi hasilnya selalu tidak sesuai rencana. Well, itu dapat dimengerti karena Jihyo hampir tidak pernah memegang kuas apalagi menggunakan tembok besar sebagai medianya. Dan itu membuat Jihyo cemberut karena Chaeyoung menyuruhnya untuk duduk dan melihat saja.

Itu membuat tembok agak berantakan dan harus dihapus dengan cat ulang. Tapi tak apa, mereka senang, Chaeyoung pun juga senang. Chaeyoung menggoda Jihyo karena tidak bisa melukis dan Jihyo juga selalu mengelak dan beralasan. Itu menimbulkan tawa dan canda dari keduanya. Chaeyoung sama sekali tidak sangka mereka bisa cukup nyaman seperti ini. Walaupun mereka baru mengenal satu sama lain tak lebih dari seminggu, interaksi mereka sekarang sudah seperti kenal lama.

Chaeyoung pikir semua ini akan awkward dan canggung di sana sini karena ia memiliki crush dengan Jihyo tapi ternyata no, semuanya berjalan mulus dan sangat nyaman dengan satu sama lain. Itu membuat Chaeyoung senang karena Jihyo juga senang bersamanya.

"hey Chaeng, ayo istirahat dulu" ucap Jihyo yang baru saja datang dan duduk di kursi panjang.

"sebentar lagi" balas Chaeyoung.

"istirahat dulu, kau sudah berdiri di sana selama tiga jam penuh"

"haish baiklah" akhirnya Chaeyoung menaruh kuas dan melepas apronnya lalu pergi ke arah Jihyo.

"here, aku tadi sempat membelikan boba untukmu tadi" ucap Jihyo.

"uwah" wajah Chaeyoung menjadi cerah sambil duduk di sebelah Jihyo. "terima kasih unnie, maaf sudah merepotkan"

"haha tidak masalah, kau sudah bekerja keras" Jihyo tersenyum.

Chaeyoung menyedot boba dan merasakan kesegaran menuruni kerongkongannya. Rasanya segar sekali, ia tidak sadar kalau ternyata ia sehaus ini. Ditengah minumnya itu ia menyadari kalau Jihyo saat ini sedang menatapnya. Matanya hanya terfokus kepadanya entah ada apa di wajah Chaeyoung, dan itu mulai membuatnya canggung.

"mengapa melihat begitu ahaha" tawa Chaeyoung canggung.

"aniya, hanya saja kau terlihat cute"

Chaeyoung langsung terdiam dari aktivitas minumnya dan merasakan pipinya memanas yang ia yakin sekarang pasti sudah merah. Apa dia salah dengar barusan?

"a-hahaha apa sih" Chaeyoung mengalihkan pandangannya.

"haha seriusan, kau harus melihat wajahmu pada cermin, wajahmu cemong penuh dengan cat" tawa Jihyo.

"kau harus membiasakan melihat wajah lucu dari artis terkenal" Chaeyoung menampar dirinya dalam hati. Mengapa juga ia harus mengatakan hal itu, itu sangat cringe.

"ahahaha iya deh. tapi serius, aku masih kagum denganmu karena sangat mahir dalam melukis, imajinasimu sangat luas"

Jihyo memandangi hasil lukisan yang Chaeyoung buat. Ini masih sketsa dan itupun belum selesai semua. Tapi itu sudah mulai terbentuk yang akan digambar dan itu sudah sangat apik, apalagi nanti saat diberi warna.

"kau lupa kalau kau sedang berbicara dengan saudaranya Picasso?" canda Chaeyoung. "hahaha yeah, tapi sepertinya itu hanya berlaku di melukis saja. rasanya di semua bidang selain melukis aku sangat buruk, apalagi pelajaran yang ada hitungannya, ugh I hate matematika"

"hey ayolah, kecerdasan seseorang tidak selalu dinilai dari matematika, fisika, kimia atau semacamnya. mungkin kau buruk di situ tapi kau sangat hebat dalam melukis, dan kau tidak terlalu membutuhkan matematika dalam melukis kan? sebaliknya aku mungkin baik dalam matematika, tapi aku tidak bisa melukis sehebat dirimu" Jihyo meyakinkan.

"yeah, mungkin kau benar" Chaeyoung mengangguk kecil. "karena itu memang terbukti kan? kau tidak bisa melukis sama sekali AHAHAHA"

"hey aku tidak seburuk itu ya! sudah kubilang aku butuh pemanasan karena sudah lama tidak melukis makanya hasilnya seperti itu" Jihyo tidak terima.

"hilih, dari semua percobaan hasilnya sama jeleknya, dan itu masih pemanasan?"

"aku hanya mengetes kemampuanmu saja sebenarnya apa kau benar-benar bisa melukis apa tidak. makanya aku sengaja melakukan itu"

"ohh, mengeluarkan alasan baru sekarang?"

"mengutarakan fakta bukan alasan"

"huh bilang saja kalau kau-- UHUK UHUK!!"

Chaeyoung terbatuk-batuk karena tersedak boba saat berbicara dan itu membuatnya muncrat dari mulutnya berantakan.

"hahaha aigoo, lain kali habiskan dulu di mulut baru berbicara" Jihyo tertawa kecil sambil mengambil tissue dari saku roknya. "stay still, biar aku bersihkan"

Chaeyoung terkejut ketika Jihyo mengelap mulutnya yang kotor akibat tersedak tadi dengan tissue. Radiasi panas terpancar dari pipinya karena dengan dekat bisa melihat Jihyo yang terlihat sangat serius membersihkan wajahnya yang kotor. Gadis ini tidak tahu betapa itu bisa membuat hati Chaeyoung meledak sekarang.

"mengapa wajahmu sangat merah Chaeng" Jihyo tertawa kecil.

"a-aniya!" tolak Chaeyoung. Itu semakin membuatnya malu karena tidak sadar kalau blushing.

"haha. ini sisanya bersihkan tanganmu sendiri, aku mau ke toilet sebentar ya" ucap Jihyo kemudian berdiri dari duduknya dan pergi.

Chaeyoung menatap punggung Jihyo yang perlahan pergi tersebut. Senyum merekah di wajahnya dengan hati yang membuncah. Tidak pernah selama ini ia membayangkan kalau ia bisa sedekat ini dengan crushnya sendiri. Dulu ia hanya bisa mengagumi dari kejauhan tapi sekarang ia bisa bercanda gurau bersama. Ini adalah progres yang sangat bagus dan harapan terakhirnya adalah, ia bisa mendapatkan hati Jihyo juga.

"aigoo lihatlah siapa yang senyum-senyum sendiri"

Chaeyoung langsung menoleh ke belakang terkejut mendengar suara yang tiba-tiba.

"yah Dahyun! mengagetkan saja" Chaeyoung memegang dadanya. "ngapain kau disini?"

"kau lupa mengembalikan flashdisk ku tadi"

"kau dari rumah kesini hanya ingin mengambil flashdisk? mengapa tidak besok saja?" ucap Chaeyoung sambil mengambil flashdisk di dalam tasnya dan memberikan ke Dahyun.

"aku sangat bosan dan ingin menonton film di sana" Dahyun menerima flashdisk tersebut. "btw, dimana Jihyo unnie?"

"dia ke toilet tadi" jawab Chaeyoung.

"yahh, padahal aku mau ngecengin kalian berdua xixixi"

"cih, jadi itu alasanmu mengapa bela-belain kesini hanya untuk mengambil flashdisk?"

"iya lah, memangnya apa lagi. jadi bagaimana, kau sudah confess pada Jihyo?" Dahyun menaik-naikan alisnya.

"gila saja ya, ya kali aku tiba-tiba confess secepat itu" ucap Chaeyoung.

"aigoo kau kelamaan Chaeyoung. kau bilang kau sudah cukup dekat kan dengan Jihyo kan? ini momentum yang sangat tepat untuk confess" saran Dahyun.

"aku tahu, tapi tetap saja aku tidak mau buru-buru. aku harus membangun chemistry yang lebih dalam lagi dari mata ke mata juga dari hati ke hati. dan setelahnya aku bisa melihat apakah Jihyo unnie memiliki interest atau tidak" jelas Chaeyoung.

"jadi, kau tidak percaya diri akan mendapatkannya huh?"

"tidak percaya diri? huh, apa itu? butuh waktu bukan berarti aku cupu okay? aku pasti dengan mudahnya akan mendapatkan Jihyo unnie karena unnie tidak akan bisa menolak pesonaku. kau tinggal tunggu saja dan lihat saja nanti" tantang Chaeyoung percaya diri.

Ia sebenarnya tidak tahu juga apakah ia bisa mendapatkan atau tidak. Ia juga belum tahu langkah apa yang harus ia buat selanjutnya. Tapi ia yakin ia pasti akan mendapatkannya.

"apanya yang mendapatkan, Son Chaeyoung?"

Seketika keduanya langsung tertegun ketika mendengar suara lain yang menyahut mereka. No, ini tidak mungkin. Chaeyoung dengan takutnya membalikkan kepalanya dan matanya langsung membulat. Oh no... ini tidak baik.

"J-jihyo unnie..." itu yang hanya keluar dari mulut Chaeyoung.

"C-haeng, I'm sorry tapi aku harus pergi, bye!" ucap Dahyun dan langsung berlari dari mereka.

"Dahyun!" seru Chaeyoung pada gadis yang pergi itu. Ia berdiri dari duduknya dan membalik ke arah Jihyo. "u-unnie, ini tidak seperti yang kau dengar!"

"oh begitu? aku sudah mendengar semuanya Chaeyoung, coba jelaskan mana bagian yang aku salah" Jihyo menyilangkan tangannya.

"i-ini tidak seperti itu. aku tidak bermaksud dengan apa yang ku katakan. aku tidak--"

"kau tidak bermaksud dengan apa yang kau katakan?" tanya Jihyo.

"a-aku..."

"Son Chaeyoung, katakanlah sejujurnya" Jihyo datar dan tegas.

Chaeyoung merintih kecil karena ketakutan sekarang. Rahasia terbesarnya sekarang sudah terbongkar karena kebodohan mereka membicarakan seseorang tidak tahu tempat. Sekarang Jihyo sudah mengetahui semuanya, dan dari reaksinya yang dingin seperti itu, sepertinya itu bukan pertanda hal yang tidak baik. Rasanya ia seperti ingin menangis. Apakah Jihyo marah kepadanya? No, ia tidak mau kehilangan Jihyo.

"Chaeyoung?" Jihyo menekan.

"a-aku..." Chaeyoung tertunduk dan memejamkan mata. Ia takut dan tidak tahu harus bagaimana. Tapi... mungkin memang inilah akhirnya, tidak ada gunanya untuk mengelak karena Jihyo sudah mendengar semuanya. "ak-aku... unnie maafkan aku, sebenarnya aku punya perasaan kepadamu..."

Disitu rasanya Chaeyoung ingin menangis. Chaeyoung ingin lari dari tempat ini dan menangis karena telah melakukan hal yang sangat bodoh. Inilah akhirnya. Karena hal bodoh yang ia lakukan, ia telah kehilangan harapan mendapatkan Jihyo.

"Chaeyoung-ah..."

Chaeyoung merasakan ada sebuah tangan yang menyentuh pundak kirinya. Ia memberanikan diri untuk menaikan kepalanya ke atas dan melihat Jihyo yang sudah ada di depan tersenyum kepadanya.

"kenapa kau minta maaf karena menyukaiku?" tanya Jihyo lembut.

"aku... u-uhh, aku tidak tahu... m-mungkin kau akan membenciku dan menganggapku aneh or something..." ucap Chaeyoung kecil kembali menunduk tak berani menatap Jihyo.

"haha mengapa aku harus membencimu karena itu?"

"kau tidak membenciku?" tanya Chaeyoung.

"tentu saja tidak, that's so childish" Jihyo memegang kedua pundak Chaeyoung. "Chaeyoung-ah..."

Chaeyoung bisa melihat wajah Jihyo yang berubah menjadi serius. Terlihat seperti sebuah pikiran sedang mengitari kepalanya akan suatu hal yang sulit dipecahkan. Itu hanya memungkinkan satu hal dan itu bukan hal yang baik. Kecemasan mulai menyelimuti tubuh Chaeyoung, mengantisipasi apa yang akan Jihyo katakan.

"ini agak awkward tapi..." Jihyo menghela nafasnya. "sebenarnya... aku juga punya perasaan kepadamu"

Chaeyoung merasakan jantungnya serasa langsung berhenti berdetak. Dengan wajah terkejutnya ia menaikan kepalanya dan matanya membulat tak percaya. Perkataan itu, Chaeyoung tidak percaya ia mendengar itu. Ia tidak bisa bergerak, ia tidak bisa berbicara, ia terlalu terkejut dengan apa yang ia dengar.

"y-yah! katakan sesuatu!" Jihyo mengguncang kedua pundak Chaeyoung.

"kau ju-- kau juga... kau mem-memiliki--... why?" Chaeyoung tidak bisa merangkai kata.

"why? dari sekian banyak respon dan kau bertanya why? bukankah seharusnya itu jawaban yang ingin kau dengar?" tanya Jihyo.

"iya m-maksudku, b-bagaimana bisa?" Chaeyoung benar-benar masih tidak bisa percaya dengan apa yang ia dengar. Ia yakin ia bangun tadi pagi tapi kenapa ini seperti mimpinya.

"haha ya karena memang bisa, memang seharusnya tidak bisa, begitu?"

"b-bukan begitu, maksudnya bagaimana bisa kau juga punya perasaan padaku? aku pikir kau tak pernah mengenalku selama ini..."

Jihyo tertawa kecil. "well tidak juga karena aku sudah tahu kau sejak lama sebenarnya"

"jinjja?"

"tentu saja, memangnya siapa lagi yang kecebur air mancur ketika masa pengenalan sekolah dulu?"

"y-yah unnie jangan mengingat itu!" seru Chaeyoung malu.

"haha mian mian. memang benar kejadian itu yang membuat aku tahu dan mengenalmu. tapi pertama kali aku benar-benar memiliki mata kepadamu adalah ketika kau perform saat pentas seni tahun lalu. di situ aku sangat kagum dengan nyanyian solo gitarmu dan bahkan kau sampai memenangkan urutan pertama" jelas Jihyo.

Hati Chaeyoung kembali membuncah mendengar itu. Ia tidak pernah menyangka kalau crushnya sendiri ternyata sudah memperhatikannya juga sejak dulu. Ia mencoba menahan senyum di wajahnya tapi tidak bisa.

"setelah itu aku mencaritahu tantangmu lebih jauh lagi. jujur saja aku stalking sosial mediamu hehe dan lewat instagram kau ternyata membuat banyak sekali konten menggambar dan melukis di sana. apalagi ketika kau melukis tembok di rumahmu, aku sangat kagum karena kau hebat sekali bisa membuat sesuatu seperti itu. dan pas sekali aku menemukan kompetisi mural, jadi aku membuat proposal ke kepala sekolah agar kau ikut kompetisi ini"

"j-jadi ini semua karena kau!?" Chaeyoung kembali terkejut.

Semuanya menjadi masuk akal sekarang tentang mengapa tiba-tiba kepala sekolah mengajak lomba, mengapa ada orang yang tiba-tiba merekomendasikannya ikut lomba. Ini semua terjadi karena satu orang yang paling ia tidak sangka, crushnya sendiri. Crushnya yang selama ini ia selalu berfikir tidak pernah menoticenya dan sulit dijangkau.

"yeah haha" Jihyo menggaruk leher belakangnya. "aku pikir kau membenciku karena setiap kali aku bertemu denganmu, kau selalu mengalihkan pandanganmu seolah tidak suka. jadi aku berfikir untuk bergerak duluan untuk mengetahui apa benar kau membenciku atau tidak"

"aniya! aku tidak pernah membencimu" Chaeyoung langsung mengklarifikasi.

"lalu mengapa, Son Chaeyoung? jelaskan mengapa kau selalu seperti itu"

"aku..." Chaeyoung menggigit bibir bawahnya. "aku hanya malu, okay? maksudku, kau adalah Park Jihyo yang dikenal banyak orang. semua orang selalu memiliki mata padamu dan aku tidak punya kesempatan untuk bisa dekat denganmu. ..."

"haha aigoo, ini lucu bukan? kita hanya dua manusia bodoh yang mencoba mengenal percintaan haha" ucap Jihyo.

"haha aku rasa kau benar, kita berdua sama-sama tidak tahu dan takut. padahal kalau tahu sejak awal tidak akan sesusah ini kan?" ucap Chaeyoung.

"hmm. at least aku tidak sepayah dirimu karena aku yang membuat first move haha"

"yah! sudah kubilang ini tidak mudah ya!"

"haha arraseo mianhae. come here" Jihyo membuka kedua tangannya.

Chaeyoung dengan cepat memajukan tubuhnya dan masuk ke dalam pelukan erat itu. Sebuah helaan nafas yang panjang keluar ketika ia mengistirahatkan dagunya pada pundak Jihyo. Sangat nyaman seperti ini, berada di dalam pelukan sang crush yang sudah lama impikan. Ia selalu membayangkan momen ini dan ini tepat seperti yang ia bayangkan. Sangat nyaman.

Ia merasa lega sekarang mengetahui kalau crushnya sendiri ternyata memiliki hati yang mutual sepertinya. Padahal ia sudah siap untuk menangis selama sebulan kedepan karena membayangkan kehilangan Jihyo. Tapi nasib berkata lain dan Jihyo sekarang sudah berada di dalam pelukannya.

"so, kau merencanakan lomba sampai mengajukan proposal ke kepala sekolah hanya karena tak tahan memikirkanku, unnie?"

"cih dasar, diam kau" Jihyo langsung melepas pelukan Chaeyoung dengan wajah yang menahan malu.

"ehh benar kan? jangan-jangan kau menolak semua orang yang confess padamu hanya karena kau menginginkanku kan, unnie?" Chaeyoung menaik-naikan kedua alisnya.

"Chaeyoung diam! atau kau akan ku sumpal mulutmu" ucap Jihyo dengan muka yang mulai memerah.

"haha mianhae mianhae"

"haish dasar" Jihyo tertawa menggelengkan kepala. "ayo kita pulang dan kita lanjutkan saja besok, ini sudah mau gelap"

"hai!"

Mereka pergi ke tas mereka untuk merapihkan barang masing-masing. Setelah semuanya rapih Chaeyoung memakai tasnya dan pergi ke Jihyo yang sudah menunggunya sedari tadi. Jihyo tersenyum kepadanya sambil menawarkan tangannya. Chaeyoung juga tersenyum dan tentu saja dengan senang hati menerima tangan tersebut dan mereka berdua berjalan bersama menuju halte bus.

Perjalanan mereka ke halte cukup sunyi, tak ada yang mengucapkan sepatah kata diantara mereka berdua. Mereka hanya berpegangan tangan, saling melempar senyum dengan wajah mereka yang tersipu malu. Mereka adalah remaja yang sedang dimabuk cinta.

"oh itu dia bus ku" ucap Jihyo ketika busnya datang. "kalau begitu aku duluan ya Chaeng. untuk besok same time same place?"

"same time same place" Chaeyoung mengangguk tersenyum. "dan unnie, satu hal"

"ne?" tanya Jihyo yang tidak jadi berdiri.

"anu..." Chaeyoung terhenti sesaat agak ragu. "a-ada... ada film bagus yang sedang keluar di bioskop. apa kau ada waktu weekend nanti?"

Jihyo tersenyum dan hatinya menghangat. Ia selalu suka melihat Chaeyoung yang tersipu seperti ini. "itu ide yang bagus untuk first date, I'd love that"

Bunga-bunga langsung tumbuh di hati Chaeyoung ketika mendengar itu. Ia ingin sekali berteriak sekarang.

"kalau begitu duluan ya, bye Chaeng~" ucap Jihyo sebelum akhirnya pergi ke dalam bus.

Ketika bus itu sudah pergi, Chaeyoung langsung melompat-lompat kegirangan sambil memukul udara. Hatinya berdegup kencang ingin meledak karena merasakan kegembiraan tiada tara. Tidak pernah terbayangkan selama ini ia akan pernah berbicara dengan crushnya karena rasanya sangat sulit digapai. Tapi sekarang ia malah akan pergi date dengannya! Ini seperti mimpi, ini seperti tidak nyata.

"aww!" Chaeyoung kesakitan ketika ia menampar wajahnya. Dan itu artinya-- "INI BUKAN MIMPIIIII!!!"

***
END

Notes:

Terima kasih ya guys udah baca~ 😁

Series this work belongs to: