Chapter Text
Prolog
'Aku tidak membutuhkan mata ini Hyung... kumohon kembalilah.'
'Aku tidak pernah menginginkannya, aku hanya membutuhkan mu.'
Suara air yang menetes di dinding gua bergema, bagai suara dentingan jam bagi sosok abadian yang meringkuk dan bersandar di dinding gua.
Mata hijau zamrudnya keruh, kosong dan kosong.
Ia tidak menyangka bahwa setelah sosok leluhur nim kesayangannya, Hyungnya, saudaranya Cruel Hart.
Sepenuhnya pergi, dan hancur melebur di antara bintang-bintang.
Raven tau, jiwa milik Cruel sudah sangat rapuh sejak memecah sebagai dirinya untuk sang abadian.
Padahal dia sudah membunuh banyak nyawa, tapi rasa bersalah sebagai seorang pembunuh malah begitu menusuk saat ini.
Karna dirinya, Cruel Hart hancur.
Hanya demi bersama pendosa sepertinya?
Raven menutup matanya dan mengerutkan dahinya saat merasakan hawa keberadaan orang lain... atau mungkin sosok lain?
Tapi yang jelas Raven sudah tau siapa sosok itu.
Tanpa membuka mata ataupun menengok ke sumber hawa keberadaan itu ia berseru dengan nada kasar " Apa yang kau lakukan di sini kematian? menertawakan nasibku huh? " senyuman sinis tersungging di bibirnya.
Dewa Kematian melayang tepat di depan Raven, menjulang dan menunduk menatap lekat sosok yang sedang meringkuk itu.
"Tidak juga, aku hanya ingin melihatmu... setelah kehilangan cahayamu, kamu benar-benar kosong. Lebih kosong dari boneka mana pun"
Dia meninggikan suaranya.
" Apa peduli mu?! Tinggalkan aku sendiri, heh kau bahkan tidak membiarkan ku mati hanya untuk melihat penderita ku "
Kematian berlutut di depannya membuat sang abadian tersentak, ia selalu melihat Kematian berdiri tegap dan tidak pernah melihatnya berlutut.
Raven mendongak menatap Kematian dan mematung saat melihat sekilas wajahnya yang tertutupi jubah.
Padahal biasanya selalu gelap... kenapa malah terlihat sekarang?
" Kau sudah mencapai ujung takdirmu ◾◾◾◾, semuanya sudah berakhir sekarang. Semua hutang karmamu sudah lunas dan kau juga sudah menyelesaikan segalanya "
Perlahan secercah cahaya kecil muncul di mata emerald green Raven yang hampa, apa ia bisa bebas dan mungkin bersama Hyungnya sekarang?
Tangan tengkorak milik Dewa Kematian mengarah ke kalung choker yang ada di leher abadian, jari telunjuk tengkorak itu menyentuh permata Ruby yang ada di kalungnya.
" Aku rasa sudah saatnya kau untuk beristirahat, tapi– "
" Deg " seketika nafas sang abadian tercekat, 'tapi' apa?
" Aku pikir tidak ada salahnya untuk memberikan hadiah untukmu. Gagak kecil sepertimu pantas mendapatkannya "
Tepat saat permata Ruby di kalung choker itu hancur oleh pelepasan segel sang abadian. Tiba-tiba energi kuat merembes keluar dari tubuh Raven, menyapu tudung sang Dewa Kematian sampai tersingkap dan turun.
Membuat rupa wajahnya terlihat jelas.
Seketika Raven langsung syok.
'APA-APAAN WAJAH BAJINGAN ITU?! AKU KIRA WAJAHNYA HANYA GUMPALAN KABUT HITAM!?' batin Raven tercengang.
Seketika semuanya menjadi terang, membuat Raven menutup matanya.
Dan saat membuka matanya, sang abadian mematung.
Letaknya di atas tebing, berdiri tegak dengan posisi tertutup semak-semak.
Tangannya dengan cekatan membelah semak-semak agar bisa melihat lebih jelas.
Dan saat menunduk, menatap ke bawah jurang.
Tepat di depannya terhampar Medan perang mengerikan, bau darah yang menyengat, umpatan dan kalimat kotor, lalu jangan lupakan pekikan penuh rasa sakit dan teriakan kematian itu juga.
Namun yang membuat Raven terkejut adalah sosok bocah albino berusia 14 tahun yang tergeletak mengenaskan, menjadi seonggok mayat yang bercampur di sungai darah.
Manik emerald green itu bergetar hebat, menolak infomasi yang ia proses detik itu.
'Bukankah itu... aku?'
.
.
.
~Lanjutan~
Chapter 2
Notes:
Halo semuanya~ Aku mencoba menulis chapter yang agak sedih...Tapi tenang saja aku tidak akan menjadikan sad ending sebagai rute ending di fanfic ini.
Lagipula aku pecinta genre komedi dan sangat suka kesalahpahaman~
Mari berteman! Berkomentarlah karna aku akan sangat menghargainya!!
(≧▽≦)
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Chapter 1 [ Kematian sang kelinci ]
Di tengah hujan, di depan gerbang sebuah mansion.
Suara gemercik air menggenang di udara.
Di dalam sebuah kamar sosok seorang remaja laki-laki, berusia 17 tahun termenung menatap ke sebuah pot bunga mawar yang ada di jendela.
Manik-manik berwarna hijau zamrud begitu keruh dengan rasa kehampaan yang memuakkan.
Penyesalan yang menyengat, kebencian yang menghanguskan, dan ketakutan setiap momen yang berlalu begitu menyakitkan.
Cruel takut... apa yang akan terjadi pada Deon-nya di Medan perang kejam itu?
Bagaimana mungkin... kelinci putih kecil seperti nya bertahan di neraka kejam itu?
Tiba-tiba Cruel menukikkan alisnya yang tebal, merasa bahwa mungkin indra penciumannya salah tangkap.
Apa saat ini dia baru saja mencium bau Deon?
Yah memang benar dulu Deon kadang datang ke kamarnya, tapi aroma ini terlalu kuat. Membuatnya yakin bahwa hidung sialan ini menipunya.
Tapi kenapa aroma ini begitu kuat? Seolah-olah berasal dari tubuh Deon itu sendiri?
Dengan tubuh agak lunglai, Cruel memaksakan diri untuk bangkit dari kasur. Berjalan ke arah pintu dan menyusuri lorong mansion Hart, mencari asal aroma itu dengan bermodalkan jejak aroma yang tercium di indra penciumannya.
Aroma itu seolah-olah bercampur dengan air hujan membuat Cruel semakin terombang-ambing, ia ingin berhenti tapi kenapa kakinya bergerak sendiri seolah menuntunnya ke arah yang benar?
Cruel melewati para butler dan maid yang menatapnya dengan iba mengingat wajah pucat, kantung mata, dan apa yang ia alami. Tidak akan ada orang yang tidak merasa iba padanya bukan? Dengan cuek ia pergi ke pintu masuk mansion, merasa semakin dekat dengan bau itu.
Cruel berhenti di ambang pintu masuk mansion, menelusuri lebih jauh melintas ke ujung taman.
Yaitu ke gerbang mansion yang anehnya sepi tanpa penjaga.
Matanya agak kabur karena sering menangis jadi dia ingin melihatnya, dengan langkah mantap Cruel melewati taman mansion tanpa mengenakan payung. Ia ingin memastikan sesuatu tentang bau itu.
Tepat di langkah ke empat belas Cruel terbelalak saat melihat sesuatu di depan gerbang mansion.
Ada sesuatu yang ditinggalkan begitu saja di depan gerbang, ditutupi oleh jubah berwarna hitam.
Namun yang membuat jantungnya seolah berdenyut nyeri adalah seutas rambut putih yang belum sepenuhnya tertutupi jubah.
Tanpa menghiraukan panggilan Remember yang memanggilnya dari belakang agar masuk dan meneduh.
Cruel berlari sekuat tenaga menuju ke gerbang, tidak memperdulikan air hujan yang menimpanya.
Pada akhirnya dengan tubuh bergetar Cruel berdiri tepat di depan objek yang di tutupi oleh jubah itu.
Dan angin yang berhembus kencang menerbangkan sebagian jubah itulah yang menunjukkan kenyataan pahit ini.
Wajah Deon yang kepayahan dan terluka terlihat jelas, darah segar mengalir keluar dari luka yang berada di sekujur tubuhnya.
Seketika nafas Cruel seolah direnggut oleh dinginnya takdir.
'Ini tidak mungkin kan?'
Kaki Cruel seolah kehilangan dayanya.
"Bruk"
Cruel jatuh berlutut, pupil matanya menciut dan bergetar hebat.
Tanganya dengan bergetar mencengkram gerbang, dan teriakan pilu terdengar membelah suara hujan dan angin yang beradu.
" DEONNNNNNNNNNNNN!!! "
Dalam sekejap para pelayan dan kepala pelayan berkumpul disana dan kaget saat melihat tubuh Deon.
Hujan mulai reda, bersama dengan kedatangan kedua orang tua Hart dari Kerajaan, seperti biasa untuk meminta pertimbangan atas pengiriman Deon ke Medan perang.
Count Hart membeku saat turun dari kereta sedangkan Countess Hart pingsan karena syok.
Yah setidaknya sekarang Deon sudah pulang dan berada di pelukan Cruel Hart yang hampir gila, pelukan hangat Cruel begitu kontras dengan tubuh sedingin es Deon.
Tapi jelas kepulangan tubuh Deon yang sudah tak bernyawa bukan sesuatu yang mereka nantikan bukan?
Malam tiba, satu persatu maid, butler dan para kerabat jauh Hart datang untuk berbela sungkawa atas kematian Deon, yang merupakan anak bungsu dari bangsawan ternama bergelar Count.
Satu persatu diantara mereka maju ke peti mati Deon, memberikan setangkai bunga beraneka ragam sesuai dengan jenis bunga yang melambangkan perasaan mereka.
Namun bunga yang dominan menghiasi mayat Deon kali ini adalah bunga lily putih, krisan putih dan tentunya mawar putih.
Bunga-bunga menawan yang melambangkan arti kesucian, cinta, kesedihan dan mungkin harapan akan kehidupan selanjutnya yang dapat Deon kecil dapatkan?
Setelah Count Hart dan Countess Hart memberikan setangkai bunga mawar putih.
Cruel maju dan memberikan setangkai bunga dengan warna yang mencolok.
Itu adalah jenis bunga yang sama dengan yang kedua orang tuanya berikan.
Namun warnanya lah yang berbeda.
Yaitu warna merah bukan putih.
Cruel Hart menyentuh tangan dingin Deon, mengatur posisinya agar tangan mungil Deon yang agak kasar dan sedikit kapalan menggenggam setangkai bunga mawar merah itu di dadanya.
Sepanjang proses itu tangan Cruel bergetar, namun ia tetap profesional dan tenang.
Pada akhirnya selesai, terlihat mayat Deon yang damai menggenggam setangkai bunga mawar merah di dadanya.
Cruel membungkuk, menyibak rambut pada dahi Deon lalu menciumnya cukup lama sebagai ciuman perpisahan.
Setelah cukup lama Cruel melepaskan ciumannya dan menekuk kedua tangannya, menenggelamkan setengah wajahnya di lipatan siku dan tangan.
Matanya terus terfokus, menikmati visualisasi Deon selama mungkin sebelum dia mungkin hanya bisa melihatnya melalui lukisan di masa mendatang.
Deon terlihat sangat damai, tubuhnya dibalur kemeja renda mewah dan cantik yang tidak terlalu mencolok, celana hitam panjang dan sepatu hitam. Bulu matanya mengatup rapat, seolah tidak akan pernah terbuka, menapakkan manik Rubynya yang memikat.
Karena memang itulah faktanya.
Pada akhirnya waktu berlalu, tiba saatnya dimana Deon dikuburkan.
Peti mati mulai ditutup dan diangkut ke pemakaman.
Sepanjang proses pemakaman, Cruel terus terfokus pada peti mati Deon yang ditimbun oleh tanah yang sedikit lembek karna hujan.
Seluruh orang yang ada di sana mulai berkurang seiring waktu, menyisahkan empat orang yang ada di sebelah batu nisan bertuliskan Deon Hart.
Kedua orang tua Hart memaksa Cruel untuk kembali, mengingat hujan akan segera turun dan juga untuk menata sedikit hati mereka yang sudah hancur berkeping-keping.
Namun Cruel tetap tidak mau pergi, dan meminta agar Count Hart dan Countess Hart pergi duluan. Mendengar itu Count Hart dan Countess Hart pergi.
Meninggalkan mereka berdua, hanya ada Cruel dan kepala pelayan yaitu Remember.
Cruel menoleh dengan enggan ke Remember dan meminta tolong untuk membawakan pot bunga mawar merah yang ada di jendela kamarnya.
Itu adalah bunga yang ia dan Deon tanam dulu sekali, saat mereka masih anak-anak.
Tanpa mengatakan apapun Remember mengangguk dan kembali ke mansion, meninggalkan Cruel sendirian.
Selama beberapa saat Cruel terus menatap kosong batu nisan adiknya, dan mulai merasa tidak nyaman karena perasaan diawasi oleh seseorang.
Cruel melirik dan tidak sengaja bertatap wajah dengan seorang anak berusia sama dengan Deon, anak itu berambut hitam panjang dan sedang bersembunyi di balik pohon dengan malu-malu dan takut.
Dengan langkah lambat Cruel berjalan mendekati anak itu, membuat anak itu tersentak dan panik.
Saat tepat berdiri di depannya Cruel menatap tajam anak itu.
‘Apa yang anak perempuan ini lakukan di sini? Bukankah kerabat yang lainnya sudah pergi dari tadi?’
“ Hei, apa yang kau lakukan di sini? Bukankah bangsawan Hart lain sudah pulang? ” tanya Cruel, suaranya agak parau dan serak.
Raven yang tertunduk tergagap, merasa tidak terbiasa dengan Cruel versi ini
“ A-aku ah tidak saya uh… maafkan saya ” Raven tidak tau harus menjawab apa dan hanya minta maaf.
Ia memain-mainkan kelopak daun dari bunga yang ia bawa untuk mengatasi rasa gugupnya.
Cruel menyipitkan matanya saat melihat jenis bunga itu.
Itu adalah bunga lily dengan warna yang unik, kelopak bunganya berwarna hijau samar sedikit kebiruan yang langka lalu di bagian dalam kelopaknya berwarna emas kemerahan.
Ekspedisi Kejam melunakkan “Apakah kamu ingin memberikan bunga itu kepada Deon?” "
" Apakah bisa? tanya anak itu dengan ragu.
Cruel mengangguk dan menjawab dengan lirih “ Tentu ”
Anak itu memiliki keberanian untuk mendongak saat mendengar kata ‘Tentu’ yang Cruel ucapkan.
Seketika nafas Cruel tercekat, anak itu memiliki warna mata yang sama persis dengannya. Bukan hanya warna mata tapi bentuk pupil nya pun sama!?
Anak itu dengan gembira berlari menuju batu nisan Deon dan meletakkan bunga lili unik yang dibawanya di depan batu nisan itu.
Cruel hanya membeku dan menatap lekat anak itu.
Dengan suara rendah dan penuh rasa penasaran Cruel bertanya “ Sebenarnya siapa kau? ”
Anak itu berbalik, membuat rambut hitamnya bergoyang indah. Mata emerald green itu menatap penuh cahaya dan harapan pada manik emerald green kosong yang ada di seberangnya.
“ Tuan Hart bisa memanggil saya Raven, senang bertemu dengan anda ” ucap Raven dengan penuh hormat.
“ Dan um maaf sudah menerobos ke sini… Saya hanya ingin memberikan bunga ini ke makam teman saya ” lanjut Raven dengan wajah kaku. Mengingat ini adalah makam keluarga Hart yang tidak bisa dimasuki sembarang orang.
Segera Kejam dikosongkan.
‘Tunggu jadi anak ini bukan anggota keluarga HART?!’ batin Cruel syok.
“ Eh sebentar kau tadi bilang kalau Deon itu temanmu kan? Bagaimana bisa kau mengenal Deon? ” Cruel memicingkan matanya, curiga dan ragu pada pernyataan Raven. Dia ingat betul kalau selama ini Deon tidak memiliki teman selain dirinya! Karena Deon hampir tidak pernah keluar rumah dan selalu di kamar.
Raven kembali menunduk saat merasakan tatapan menyelidik milik Cruel “ Itu um kami bertemu di Medan perang… saya bukan prajurit atau semacamnya… saya hanya pengembara biasa dan yah kami berteman diam-diam… uh maafkan saya… saya tidak bisa menyelamatkan Deon ” ucap Raven dengan informasi setengah berbohong, memang benar dia bertemu dengan Deon tapi waktu itu Deon sudah dalam keadaan mati. Dan memangnya dia bisa berteman dengan dirinya sendiri? Itu aneh dan terdengar mustahil.
Seketika Cruel mendapatkan jawaban dari insiden sebelumnya, informasi yang Raven berikan saling terhubung dan membentuk jawaban baru.
Jari-jari Cruel mencetak luka berbetuk bulan sabit karna tekanannya saat mengepalkan tangan “ Jangan bilang kaulah yang membawa mayat Deon dan meletakkannya di depan gerbang ” suaranya terdengar kasar dan agak berbahaya.
Raven mematung ‘GAWAT!! ASTAGA TOLONG!!! APA YANG HARUS AKU LAKUKAN?!’ batin Raven ketar-ketir.
Dengan cengkraman yang kuat Cruel menarik tangan Raven yang pucat dan agak kurus untuk ikut bersamanya ke mansion. Raven mencoba memberontak tapi tenaga Cruel terlalu kuat.
Dan investigasi mendebarkan pun dimulai~
.
.
.
~Bersambung~
Notes:
Leluhur nim yang sedang menatap Bayinya, adik kesayangannya, Raven dari atas langit.
Tepat di sampingnya ada konstelasi lain yang baru saja mengajaknya kenalan.
Cruel hanya menjadi seorang bintang, tidak hancur sepenuhnya.
Seketika amarahnya memuncak saat melihat dirinya versi di kehidupan Deon sedang menyeret Raven dengan cukup kasar.
Cruel Hart: "KEPARAT LEPASKAN TANGANMU DARI BABY KU SIALAN!!! KAU MEMBUAT BEKAS LUKA PADA TANGANNYA YANG RAPUH!!" ( Mengeluarkan pedang dari sarungnya )
Sontak konstelasi yang ada di sampingnya yang asyik melihat saluran kesukaannya langsung tersentak dan mencoba menenangkannya.
Hmm kira-kira siapa konstelasi itu ya?
Chapter 3
Notes:
Aku harap kalian menyukainya... Yah aku tidak terlalu pandai dalam menulis... Jadi maaf jika hasilnya aneh... (╥﹏╥)
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Chapter 2 [ Gagak kecil yang kembali ke keluarganya ]
Udara seolah begitu berat di ruangan ini, Raven menunduk kaku dihadapan tiga orang berdarah Hart di depannya.
Terlebih lagi dengan wajah penuh ekspresi sedih, frustasi, dan kantung mata itu membuat Raven semakin ketar-ketir karna aura mereka.
Count Hart bangkit dari kursi, berjalan ke arah Raven matanya menyipit tajam seiring dengan bayangan yang ada di wajahnya.
"Ketukan."
Count Hart berdiri tepat di depannya, menjulang tinggi dengan perbedaan tingginya. Membuat kesan dominasi yang kuat dan menyesakkan pada si gagak kecil yang malang.
Raven masih menunduk, ia tidak berani mendongak apalagi menatapnya.
Dengan ekspresi suara yang tak terbaca Count meminta pada Remember yang ada di belakang Raven untuk meninggalkan mereka, lalu Remember memutuskan tatapan menyelidik nya ke Raven, memberikan salam singkat lalu menutup pintu dan pergi.
Count dengan lembut memegang salah satu bahu Raven yang bergetar
“ Tenanglah, kami tidak akan menyakitimu nak. Duduklah di sofa sebelah sana, ada beberapa hal yang ingin kami bicarakan ” ucapnya dengan suara penuh berbagai emosi.
Raven melangkahkan kakinya yang berat menuju sofa mewah itu. Duduk dengan perlahan sambil terus menatap ke bawah.
Keheningan melanda, masing-masing dari mereka fokus pada argumen di otak mereka tentang Raven. Tak terkecuali Raven yang takut dengan apa yang akan terjadi.
Pada akhirnya Countess Hart lah yang memecahkan keheningan mencekik itu dengan pertanyaannya pada Raven.
"Nak, benarkah kamu yang membawa jenazah Deon kembali dari medan perang?"
Raven tersentak dan mengangguk dengan cepat, tenggorokannya tercekat sampai-sampai tidak bisa mengeluarkan suara apapun.
Tiba-tiba tangan Countess Hart terangkat, melayang perlahan dan bergerak ke arah wajahnya.
Raven terbelalak dan menutup matanya, berfikir bahwa mungkin ia akan mendapatkan cacian, tamparan atau pukulan. Namun itu tidak terjadi, tangan Countess Hart yang lembut dan agak dingin membelai pipinya dengan begitu lembut membuat Raven terkesiap.
Hati Raven mencelos, sebelumnya dia belum pernah mendapatkan perhatian seorang ibu, malahan dialah yang menjadi sosok orang tua itu sendiri.
Raven mendongak sedikit, menatap wajah Countess Hart dengan penuh rasa terima kasih dan ucapan terima kasih yang ditujukan padanya. Mata almond yang lelah dan terbebani itu seakan menatap manik-manik hijau zamrud pemberian walinya dengan penuh emosi.
"Menangani."
Tiba-tiba Countess Hart memeluk erat Raven, air matanya turun membasahi pipinya dan menetes ke rambut hitam panjang Raven.
“ Gadis kecil, terimakasih banyak. Sungguh hiks aku sangat senang saat kau membawa Deon pulang pada kami. Terimakasih banyak… kami rasa kami tidak akan pernah bisa membalasnya ” ucapnya dengan suara bergetar, penuh akan berbagi emosi positif dan negatif yang menjadi satu. Walaupun sudah jelas perasaan penuh rasa lega lah yang mendominasi.
Deon, bayi kelinci mereka bisa kembali pada mereka. Walaupun tidak dalam keadaan hidup itu adalah suatu keajaiban yang mustahil terjadi. Seharusnya saat Deon mati di Medan perang, kecil kemungkinan tubuh Deon dapat dipulangkan pada mereka. Mungkin mayat Deon hanya akan dibakar bersama mayat lain, dikubur bersama dengan potongan-potongan tubuh orang lain atau dibiarkan begitu saja di Medan perang yang penuh darah.
Raven akhirnya sepenuhnya mendongak, menatap Count Hart dan Cruel yang menatapnya sedari tadi dengan ekspresi kagum, lega, dan tenang. Percikan perasaan itu membuat Raven ikut terseret ombak kebahagiaan, sudah sejak lama tidak ada yang menatapnya dengan ekspresi seperti itu.
Waktu berlalu, Raven masih kaku dan canggung dengan pendekatan para bangsawan Hart. Mereka menanyakan hal lain yang tidak berhubungan dengan Deon tapi melainkan tentang dirinya, lalu tanpa basa-basi saat mengetahui Raven tidak memiliki tempat tinggal, mereka langsung meminta Raven untuk tinggal di kediaman mereka.
Dan dengan bujukan Nyonya Hart yang memaksa dengan cara halus, Raven tidak bisa menolaknya. Tapi dia juga merasa tidak enak menumpang hidup dengan orang lain seperti ini. Terlepas dari fakta bahwa secara tidak langsung mereka adalah keluarnya di kehidupan sebelumnya. Mereka masih keluarganya lho? Astaga Raven… dasar gagak kecil!
Raven selalu mengikuti Cruel, membuntutinya seperti penguntit, selalu berada di dalam radius 10 meter darinya. Mengawasi Cruel yang labil dan terpuruk agar tidak melakukan hal-hal ekstrim seperti melukai dirinya sendiri atau bahkan yang terburuk bunuh diri.
Ini juga merupakan permintaan khusus Count Hart dan Countess Hart, saat Raven meminta untuk menjadi pelayan di mansion itu mereka menolak, bagaimana mungkin mereka membuat penyelamat mereka menjadi seorang pelayan? Lalu Count Hart mengganti permintaan Raven dengan hal lain. Yaitu posisi Raven sebagai teman bermain, rekan, dan pengawas Cruel. Count Hart juga merasa was-was karena sebelumnya saat Deon dikirim ke Medan perang, dimalam harinya Cruel sempat meregang nyawa karena overdosis obat-obatan Deon yang ia minum dengan jumlah yang banyak!
Dan baru-baru ini tepat setelah tiga hari pemakaman Deon terlewati, Cruel kembali melakukan percobaan bunuh diri dengan meminum racun serangga. Tentu saja Raven berhasil mencegahnya dengan memanggil Remember dan keributan hebat terjadi waktu itu.
Sudah beberapa Minggu berlalu, Raven memperhatikan kegiatan sehari-hari Cruel. Dipagi hari Cruel sudah terbangun, membersihkan diri dengan agak malas lalu pergi menemui tukang kebun untuk meminta beberapa ikat bunga. Setelah makan sepotong roti bakar Cruel pergi ke makam keluarga Hart, membersihkan karangan bunga layu di makam adik tersayangnya Deon Hart. Dan menggantinya dengan seikat bunga baru dan segar yang ia bawa. Dan sisa harinya ia bawa dengan berada di sebelah makam Deon, entah itu membaca buku ataupun menikmati pemandangan di sekitar sana yang cukup… suram dan menakutkan.
Hari ini pun tetaplah sama, Cruel sibuk membersihkan makam Deon. Mengumpulkan karangan bunga yang layu di atas makan itu dan menggantinya dengan yang baru. Namun Cruel masih termenung saat melihat setangkai bunga lily dengan warna unik yang Raven bawa beberapa Minggu yang lalu. Bagaimana mungkin setangkai bunga lily itu tidak layu sedikitpun?
Jari-jemari Cruel kembali menyentuh setangkai bunga lily indah yang Raven berikan pada adiknya, bersamaan dengan lirikan tajam yang ia layangkan ke seberang, dimana Raven bersembunyi di balik pohon. Sama seperti saat mereka bertemu pertama kalinya.
“ Raven… keluarlah… aku tau kau ada di sana… kemampuan bersembunyi mu benar-benar buruk. Aku bisa mengetahui keberadaan mu hanya dalam tiga detik, kau tau? Selain itu aku juga tau kalau kau membututi ku sejak pertemuan kita sebelumnya, berhentilah melakukannya! ” ucap Cruel dengan ekspresi wajah yang mengeras, nada suaranya kasar membuat Raven tersentak. Ini pertama kalinya leluhur nim atau Hyungnya berbicara seperti itu padanya.
Rasanya hampir asing dan membingungkan.
“ Aku hanya memastikan Tuan Cruel tidak melakukan sesuatu yang berbahaya, ini permintaan kedua orang tua anda. Dan saya juga khawatir dengan keadaan Tuan Cruel ” ucap Raven seformal mungkin, suaranya halus dan lembut saat mencoba menenangkan suasana yang tegang.
Cruel memutuskan tatapannya ke Raven, lalu menatap ke batu makam Deon
“ Aku tidak perlu diawasi, aku tidak akan melakukan hal seperti itu lagi ” pikiran Cruel melayang ke memori dimana Countess Hart atau lebih tepatnya ibunya sendiri mengambil gunting tanaman yang tukang kebun pegang dan mengarahkannya ke lehernya sendiri. Countess Hart menatap Cruel dengan wajah frustasi dan mengatakan bahwa jika Cruel melakukan percobaan bunuh diri lagi, maka Ibu dan Ayahnya juga akan melakukannya untuk menyusul Cruel.
Atau bahkan mungkin pergi duluan sebelum Cruel.
Dan karena itulah Cruel menahan dirinya agar tidak melakukan percobaan bunuh diri untuk menyusul Deon lagi, demi menjaga perasaan kedua orangtuanya yang sudah hancur.
Pada akhirnya keheningan kembali menerpa, sampai Cruel berhasil mengumpulkan niat dan bertanya tentang bunga yang Raven berikan pada adiknya Deon. Hanya sebagai pengalihan kecil atas kegelapan di hatinya.
Raven memberanikan diri untuk berjalan mendekati Cruel dan berdiri di depannya.
“ Ini adalah bunga lily yang saya petik dari makam keluarga saya, dia adalah seorang yang paling saya cintai. Bahkan melebihi diri saya sendiri ” ucap Raven dengan wajah penuh kesedihan, air mata menggumpal di sekitar matanya.
Raven menyelipkan beberapa helai rambutnya ke belakang telinga, menatap penuh rasa damai ke Cruel.
“ Berkat dirinya saya belajar apa itu cinta, apa itu kesenangan, apa itu kesedihan, dan apa itu dunia. Dialah cahaya hidup saya yang paling berharga ”
Namun ekspresi Raven berubah menjadi agak gelap saat mengatakan kalimat selanjutnya.
“ Namun saat dia pergi… sejujurnya segalanya terasa menyakitkan bagi saya. Seperti energi kehidupan dan harapan akan kebahagiaan musnah. Dan itu benar-benar mengerikan. Tiap detik saya selalu berpikir tentang bagaimana cara untuk bertemu dengannya lagi? ”
Mendengar itu Cruel terbelalak, apa yang Raven nyatakan sama persis dengan perasaannya sekarang, pikirannya sendiri tentang apa yang akan ia lakukan.
“ Dan pada akhirnya saya tersadar, seandainya kami bertemu lagi dia pasti akan sangat kecewa pada saya karena telah pergi begitu cepat ”
Tanpa Raven sadari dia meraih tangan Cruel dan memegangnya dengan erat, seolah tidak ingin melepaskannya.
“ Tuan Cruel, bagaimana jika anda hidup lebih lama demi Deon? Melakukan banyak hal positif untuk melakukan penebusan? Mungkin itu akan membantu Deon merasa lebih baik bukan? ”
Raven perlahan menggerakkan salah satu tangan Cruel yang dipegangnya ke dada kiri Cruel.
“ Hiduplah demi Deon, saya mohon… Saya bersumpah, akan membantu anda dalam segala hal. Untuk menebus kesalahan saya karena tidak bisa menyelamatkan Deon ” ucap Raven gemetar, suaranya penuh dengan emosi kesedihan dan penyesalan yang mendalam.
Cruel terteguh sejenak, kenapa sosok asing ini mau membantunya? Menemaninya seperti ini?
Ekspresi Cruel melunak, menunjukkan persetujuan atas permintaan dan saran Raven.
Melihat itu Raven tersenyum dan menarik tangan Cruel untuk pergi ke tempat lain.
“ Mari berkeliling ke tempat lain. Bagaimana jika kita mencari bunga yang bagus untuk Deon? Atau mungkin mencari barang kesukaan Deon sebagai hadiah? ” tawar Raven.
Perlahan Cruel mulai terfokus pada sosok lain saat melihat Raven menariknya dengan tidak sabar seperti ini.
Hanya perasaan nya saja atau dia mulai merasa nyaman saat di dekatnya?
Dan apakah dia berhalusinasi? Bagaimana mungkin dia melihat sosok Deon kecil yang dulu menariknya ke perpustakaan pada sosok Raven?
‘Kenapa aku malah mencari sosok Deon pada Raven? Apa yang salah dengan ku?’ batin Cruel kebingungan dan tertekan.
.
.
.
~Lanjutan~
Notes:
Raven menatap kaku ke arah Countess dan berkata dengan suara pelan " Um Nyona Hart
... Saya ini laki-laki bukan gadis kecil atau semacamnya "Dan seketika tiga orang lainnya mematung.
( Anak laki-laki? eh?! )
Chapter 4
Notes:
Jumlah katanya jauh lebih banyak dari biasanya... Yah aku tidak menyangka akan sebanyak ini. Ngomong-ngomong ★Deon Guardian spirit★ update chapter terbaru lho!!! Kalian bisa membacanya setelah membaca chapter ini!!
(≧▽≦)
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Chapter 3 [ Cengkraman serigala ]
Ricuh percakapan yang saling bertabrakan, membuat dua pria yang tidak terlalu terbiasa dengan kericuhan ini mencoba menyingkir dari kerumunan.
Mari kita lihat, di sana terlihat sosok yang mengenakan jubah abu-abu dan bersurai hitam panjang dengan pupil mata berputar-putar karena terombang-ambing di lautan manusia.
‘Ugh sesak’ batin Raven tertekan.
Cruel merangkul bahu mungil Raven dengan salah satu lengannya dan tangannya yang lain menggenggam salah satu tangan Raven.
Mata emerald green milik Cruel menyipit, mencoba mencari tempat yang tidak terlalu sesak, perlahan Cruel menarik tangan Raven keluar dari kerumunan menuju ke mulut masuk gang kecil.
Dan disana akhirnya mereka berdua dapat menghela nafas lega.
“ Raven kau baik-baik saja? ” tanya Cruel khawatir, ia merasa kasihan pada Raven yang terlihat seperti gagak kecil yang terjepit.
Raven mendongak menatap Cruel yang lebih tinggi darinya “ Uhm aku baik-baik Tuan Cruel dan em maafkan aku. Aku tidak menyangka akan seramai ini ” ucapnya sambil melirik ke kerumunan dan jumlah para warga yang ada di pasar.
Cruel mendengus dan menggelengkan kepalanya “ Kau tidak perlu meminta maaf, lagipula ini diluar prediksi. Dan terlebih lagi karena perang sedang memanas, pasti ada banyak warga yang mengungsi ke daerah ini. Mengingat daerah kekuasaan Hart terbilang cukup aman ”
Raven mengangguk dan menatap ke kerumunan. Matanya terpaku pada beberapa prajurit dan kesatria yang mengenakan lambang Hart.
Raven membatin ‘Count Hart benar-benar hebat, bahkan di setiap point-point lokasi yang kurang strategis masih ada prajurit dan penjaga. Yah dia memang bertanggung jawab, karena itulah keluarga Hart tidak memiliki banyak rumor, konflik, ataupun musuh. Tapi aku rasa rumor tentang kematian Deon masih beredar… dan itu benar-benar menjengkelkan. Ugh dan lagi apa-apaan rumor kejam kalau keluarga Hart membuang Deon? Astaga… apa bajingan ungu itu dalangnya?’
Setelah selesai dengan pikirannya, Raven menoleh ke Cruel yang menatap ke kerumunan dengan mata kosong, pikiran pria berwajah tegas itu seolah tenggelam dalam air yang mengandung banyak hal negatif.
“ Bruk ” tiba-tiba seorang berjubah kumal keluar dari dalam gang dan tidak sengaja menabrak Cruel.
“ Ah m-maaf ”
“ Ya tak apa, maaf menghalangi jalanmu ” balas Cruel dengan nada acuh.
“ GEDEBUK!!! ”
Setelah sosok itu minta maaf dengan suara datar dan aneh lalu hendak pergi. Tanpa aba-aba dengan cepat Raven langsung menjegal kaki sosok itu dan membantingnya ke tanah. Membuat beberapa atensi terpusat pada mereka.
Cruel tersentak karena aksi Raven, ia hendak menanyakan kenapa Raven melakukannya. Namun saat Raven meraba sosok berjubah itu dan mengeluarkan kantong uang milik Cruel yang dicuri oleh sosok itu. Cruel tidak jadi bertanya, ia dengan panik menarik tangan Raven lagi lalu berlari, masuk ke dalam gang kecil itu karena ingin lari dari para warga terutama prajurit Hart yang hendak mendatangi mereka.
Jika sampai mereka berdua ketahuan keluar dari mansion tanpa izin, itu akan jadi masalah yang panjang.
Setelah berlari cukup lama, entah keberuntungan dari mana Cruel dan Raven berhasil keluar dari gang kecil itu. Rasanya seperti masuk ke labirin saja.
“ Huhh huft ”
“ Huhhh huhh huhh ”
Mereka berhenti sejenak untuk mengatur nafas karena ketegangan barusan. Cruel dengan cepat dapat mengatur nafasnya, namun sepertinya Raven agak kesulitan.
Tangan Cruel mengelus punggung Raven, mencoba menenangkannya.
Setelah cukup tenang, Raven menatap ragu ke Cruel dan mengembalikan kantong uang milik Cruel yang tadi dia ambil dari pencopet itu.
Cruel menatap Raven dengan wajah yang tidak dapat diartikan, lalu dengan kaku memijat pelipisnya sambil mengambil kantong uang itu “ Astaga Raven, tidak bisakah kamu berhati-hati? Kita tadi hampir ketahuan penjaga… ugh tapi ini semua memang salahku sih. Maaf sudah merepotkanmu Rav ”
Setelah memasukkan kantong uang itu ke tas pinggang, Cruel menatap ke Raven dengan wajah agak bersalah dan canggung.
“ Aku tidak menyangka akan kecopetan seperti itu, aku benar-benar ceroboh ” gumam Cruel dengan suara pelan.
Raven menggelengkan kepalanya “ Sudah biasa bagi seseorang kecopetan saat pertama kali pergi ke tempat seperti. Anda tidak perlu merasa bersalah Tuan Cruel ”
Dengan lembut Raven memegang salah satu tangan Cruel yang agak kasar dan kapalan karena latihan berpedang. Senyuman manis dan kecil tersungging di wajah rupawan Raven “ Mari kita lanjutkan perjalanan kita Tuan. Mungkin kita bisa menemukan lokasi pasar yang agak sepi? Atau mungkin menemukan toko yang menarik ”
Cruel mematung, masih menatap ekspresi wajah Raven yang terkesan sangat manis baginya.
Cruel mengalihkan tatapan matanya ke samping. Telinganya sedikit memerah, rona merah itu sangat tipis sampai-sampai tidak disadari oleh Raven “ Ya tentu ” tanggap Cruel dengan suara agak canggung.
Pada akhirnya mereka berdua kembali berjalan-jalan dan berburu toko bunga yang menarik, mencari bibit bunga indah yang akan mereka tanam di makam Deon.
Walaupun sudah melihat-lihat berbagai toko bunga entah kenapa Cruel masih belum bisa menemukan bunga yang cocok, Raven sempat menyarankan bunga mawar merah atau mungkin bunga berwarna merah lainnya. Namun Cruel menolak, ia mengatakan warna merah agak kurang memuaskan. Dan Raven juga setuju karena sebenarnya ia mengincar bunga birar tapi masih belum menemukannya. Padahal dia tidak berniat mencari jenis bunga birar mutan yang tumbuh di makam Cruel/leluhur nim. Dia hanya ingin mencari bunga birar biasa dengan warna putih tapi jangankan bunga birar putih, bunga birar berwarna lainnya pun, ia masih belum melihatnya sejak tadi.
Apa saat ini belum musim bunga birar ya?
Saat ini Cruel dan Raven sedang berada di depan deretan toko, Cruel fokus mencari bunga yang ia anggap menarik dari balik kaca toko. Namun masih nihil, ia masih merasa tidak tertarik dengan sekumpulan bunga-bunga cantik itu.
Cruel melirik ke Raven yang ada di sebelahnya, ia mengernyitkan dahinya saat melihat Raven yang menatap lekat sekumpulan perhiasan yang ada di balik jendela kaca toko sebrang. Manik emerald green milik Cruel yang agak kusam menyelam dalam manik emerald green lain yang lebih hidup dan bercahaya. Ia melihat di manik emerald green Raven, terpantulkan gambar samar sebuah kalung choker cantik dengan permata Ruby indah di tengahnya.
‘Apa Raven menyukai perhiasan seperti kalung?’ batin Cruel bertanya-tanya.
Tanpa pikir panjang Cruel menghampiri Raven membuat empunya tersentak, namun dengan lembut Cruel memberikan beberapa koin perak dan meminta Raven untuk membeli bibit bunga pyrethrum di toko yang Cruel lihat barusan.
Raven tersenyum tipis, matanya berbinar-binar karena senang diminta tolong oleh Cruel yang sangat jarang memintanya untuk melakukan sesuatu, bahkan ini adalah yang pertama kalinya.
Dengan cepat Raven masuk ke toko dan berbincang dengan pemilik toko tentang harga bunga pyrethrum dan jenis warnanya.
Dengan agak terburu-buru Cruel berjalan ke toko perhiasan dan melihat tabel harga kalung choker ruby itu, namun kemudian setelah mengetahui harganya, Cruel menghela nafas kecewa.
Cruel meringis ‘Ugh seharusnya aku membawa lebih banyak uang’ batinnya dengan penyesalan.
Namun tiba-tiba pemilik toko emas itu muncul di sebelah rak kalung choker ruby itu membuat Cruel tersentak kaget.
Pemilik toko perhiasan itu adalah seorang pria tua, dengan senyuman miring hampir mengejek dan penasaran pria tua itu keluar dari toko dan datang menghampiri Cruel, melihat pemilik toko datang Cruel agak panik.
“ Kau tertarik dengan kalung Ruby itu nak? Mau membelinya huh? ” tanya pria tua itu.
Cruel berusaha untuk tersenyum walaupun senyuman yang ia sungging-kan agak kaku “ Awalnya begitu Pak, tapi maaf sepertinya tidak jadi karena uang yang saya bawa kurang ” ucap Cruel sambil menggaruk salah satu pipinya yang tidak gatal karena merasa agak canggung dan kikuk.
Pria tua itu mendengus, ia sudah memperhatikan interaksi antara Cruel dan Raven di depan toko bunga yang kebetulan kelihatan karena tokoh perhiasan miliknya hanya bertepatan di sebrang. Walaupun agak sedikit jauh dan tidak tepat berada di depan toko bunga, itu masih jelas terlihat, mereka berdua cukup mencolok baginya.
Melihat interaksi mereka berdua membuat pria tua itu bernostalgia. Dengan senyuman tipis ia bertanya “ Berapa uang yang kau bawa nak? Aku akan berikan kalungnya, anggap saja kekurangannya sebagai diskon khusus ”
Mendengar itu Cruel mematung dan membeo “ Eh? Em saya rasa sekitar seratus sepuluh koin perak ” jawabnya agak bingung.
Mendengar itu pria tua itu masuk membuat Cruel mengernyitkan dahinya, berfikir bahwa sang pemilik toko tidak jadi memberikan penawarannya. Namun saat pria tua itu mengambil kalung choker dan membungkusnya, Cruel berkedip, mencoba mengelola informasi yang ia lihat.
Pria tua itu keluar membawa tas berisi kalung choker ruby yang sudah di bungkus “ Harganya seratus koin perak nak ” ucap pria tua itu menyodorkan tasnya.
Mendengar itu refleks Cruel langsung memberikan kantung uangnya, namun tiba-tiba setelah pria tua itu menerima kantong uangnya, ia memberikan kelebihan sepuluh koin perak pada Cruel.
Membuat Cruel merasa jadi tidak enak karena diskon itu.
Padahal harga asli kalung itu sekitar dua ratus koin perak tapi ia hanya membayar seratus koin perak, rasanya agak.
Pria tua itu memegang salah satu bahu Cruel dan menepuknya pelan “ Jangan khawatir nak, lagipula aku memang ingin segera menjual kalung itu sejak lama. Entah kenapa tidak ada yang berniat membelinya atau meliriknya sejak lama ”
Mendengar itu Cruel terbelalak, ia melirik ke tas berisi kalung choker yang ada di tangannya.
Padahal kalung ini sangat cantik dan elegan tapi kenapa tidak ada yang tertarik?
Pria itu itu melirik ke Raven yang memegang sebuah pot bunga pyrethrum dengan warna putih, sedang berbincang dengan pemilik toko. Sang pria tua melirik ke Cruel dan hendak kembali namun sebelum itu ia bertanya pada Cruel
“ Apa pria cantik itu adikmu nak? ”
Cruel tersentak, ia tidak menyangka pria tua itu tidak tertipu dengan wajah cantik dan feminim Raven dan mengira Raven adalah seorang gadis. Yah sepertinya memang benar pria tua ini memiliki lebih banyak pengalaman.
Cruel menggelengkan kepalanya, muncul bayangan di wajahnya saat mendengar anggapan bahwa Raven adalah adiknya.
Raven bukanlah adiknya, satu-satunya adik Cruel hanya Deon. Dan akan tetap seperti itu. Apapun yang terjadi tidak ada yang bisa menggantikan posisi Deon sebagai adik satu-satunya Cruel! Dan itu tidak terbantahkan!
“ Tidak, dia bukan adikku… dia… ” tiba-tiba lidah Cruel kelu, ia tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena memikirkan perspektif tentang
Raven itu apa baginya?
Ia termenung sejenak, matanya tenggelam dalam memori tentang Raven. Sosok pria berusia sama dengan Deon yang baru-baru ini hadir dalam hidupnya yang suram.
Saat akhirnya mendapatkan jawaban. Cruel tersenyum lembut, mata emerald green itu menyipit indah dengan genangan cahaya yang mulai muncul.
Cruel memperhatikan dengan lembut detail-detail tentang Raven.
Cara Raven tersenyum tipis dan menyelipkan beberapa helai rambutnya yang panjang di belakang telinga.
Dan bagaimana manik emerald green yang mirip dengannya itu bergerak kesana-kemari menikmati pemandangan bunga-bunga di toko.
Cruel menatap sekilas pria tua itu dan kembali menatap Raven.
“ Dia adalah keluargaku ” ucapnya tanpa ragu, suaranya terdengar tegas namun juga lembut.
Cruel menunduk memberikan hormat dan terima kasih lalu berjalan pergi namun dia dapat mendengar jelas komentar pria tua itu saat akan masuk kembali ke tokonya.
“ Huft dasar pasangan muda ” cibir pria tua itu dengan suara pelan, sebelum akhirnya masuk kembali ke tokonya dengan bel pintu yang berbunyi.
Mendengar itu seketika Cruel mematung di tengah jalan.
Dia mencoba mencernanya, karena informasi itu terlalu mengguncangkan nya.
Pasangan muda?
Hah apa!?
Aku? Dan Raven!?
Cruel dengan cepat menggelengkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya ke arah toko bunga dimana Raven berada.
Namun seiring dengan banyaknya langkah yang ia ambil, pikiran itu tidak pernah hilang, dan malah semakin kuat.
Tanpa Cruel sadari rona merah tipis di telinganya merambat sampai ke pipi dengan kepekatan yang lebih jelas.
“ Tuan!! ” mendengar Raven memanggilnya, lamunan Cruel langsung ambyar. Cruel menatap agak lama ke Raven yang berceloteh dengan suara pelan namun ia masih bisa mendengarnya.
“ Tuan Cruel!! Lihat ini aku mendapatkan bunganya!!! Aku rasa bunga Pyrethrum memang cocok untuk makam Tuan Deon!!! Selera anda memang bagus Tuan!! ” pekik Raven senang, dia tersenyum manis ke Cruel. Matanya berbinar imut, saat rona merah tipis ikut menyelimuti pipi Raven karena bersemangat.
Melihat itu Cruel semakin canggung, ia menggenggam erat tas berisi kalung choker ruby yang ia sembunyikan di belakang tubuhnya.
Tiba-tiba ekspresi imut Raven berubah menjadi bingung karena melihat rona merah di pipi Cruel.
“ Tuan Cruel apa anda kurang enak badan? Ugh bagaimana jika kita meneduh di tempat yang lebih tenang dan sejuk? ” tawar Raven.
Yah mengingat siang hari masih agak terik.
Cruel menggelengkan kepalanya dan menjawab “ Aku baik-baik, hanya sedikit kepanasan. Aku rasa kau benar ayo meneduh ” ucapnya terburu-buru, ia menyadari bahwa ia sedang merona karena komentar pria tua tadi.
Raven mengernyitkan dahinya, tanpa aba-aba ia langsung berjinjit dan menyibak poni rambut Cruel, lalu menaruh punggung tangannya di dahi Cruel untuk mengecek suhu tubuhnya.
Tubuh Cruel menegang, ia terbelalak kaget karena aksi Raven. Cruel ingin mundur dan menjauh dari tangan Raven tapi entah kenapa rasanya sulit sekali meminta tubuhnya melakukan aksi itu sekarang.
Raven bergumam pelan “ Ugh tidak panas? ”
Mata Raven menyelidiki ke Cruel, seolah menggali segala hal yang ingin Cruel sembunyikan.
Mendengar itu Cruel melirik ke beberapa arah agar tidak menatap langsung ke mata Raven dan terfokus pada setangkai bunga mawar yang ada di pot bunga pyrethrum itu.
Dengan lembut Cruel bertanya “ Ugh dari mana kau mendapatkannya? Em bunga mawar itu? ” tanya Cruel mencoba mengalihkan keadaan yang agak mulai panas.
Raven mundur dan menarik tangannya dari dahi Cruel, lalu jari-jemarinya bergerak mengambil setangkai bunga mawar itu.
“ Oh ini? Em tadi nona pemilik toko bunga itu bilang katanya ini hadiah karena aku… cantik? Em agak aneh, memangnya aku ini cantik? Atau nona itu mengira aku perempuan karena rambutku yang panjang dan tubuhku yang tidak terlihat jelas karena mengenakan jubah? ”
Mendengar itu Cruel ikut bingung dan menatap ke nona pemilik toko bunga yang ternyata menatap mereka berdua sejak tadi.
Nona itu memberikan isyarat menuding bunga mawar yang ada di tangannya dan menyelipkannya ke daun telinganya.
Lalu menuding ke Raven yang memegang bunga mawar itu.
Seolah meminta agar Cruel menyelipkan setangkai mawar yang Raven pegang ke daun telinga Raven. Dan sesaat setelah nona itu berhasil menyampaikan pesannya, ia menyeringai tipis seolah menggoda hubungan Cruel dengan Raven.
Dan seketika wajah Cruel memerah sepekat bunga mawar merah yang Raven pegang, itu adalah rona merah yang jauh lebih pekat dari sebelumnya.
Dia tidak pernah merasa semalu ini seumur hidupnya!
‘Sialan!’
Pada akhirnya setelah kejadian memalukan itu. ( Baca bagi Cruel )
Mereka pulang dan kembali ke kamar mereka masing-masing, dan tentunya tidak ketahuan sama sekali karena mereka menggunakan jalur rahasia yang Cruel sembunyikan sejak lama.
Cruel terduduk lesu di pinggir kasur, ia menatap ke laci nakas yang ada di sebelahnya. Di laci itu terdapat kalung choker ruby yang tadi ia beli.
Astaga, dia benar-benar membelinya untuk Raven? Sebenarnya itu bukan masalah tapi…
Cruel menjatuhkan tubuhnya ke kasur sambil menyibakkan rambutnya ke belakang dan menghela nafas kasar
“ Hufttttt ” gumamnya sambil menatap datar langit-langit kamar.
Bosan menatap langit-langit kamar mewah yang monoton, Cruel memutuskan untuk menoleh ke samping, mencari jendela yang biasanya menampilkan pemandangan pohon besar yang tertanam di depan jendela itu. Ia berniat mengamati pemandangan bulan dan beberapa hewan yang hinggap di dahan pohon itu.
Namun bukannya melihat pemandangan hewan atau semacamnya ia malah melihat sosok berambut hitam panjang seram bertengger di jendela dan sedang menatapnya.
‘H-HANTU!?’
“ AAAAAAAAAAAAAAA!!! ” refleks, Cruel langsung terlonjak kaget dan bangun lalu mundur ke arah pintu.
“ EKHHHHHHHH!!? ”
Mendengar teriakan Cruel itu sosok yang ada di jendela ikut menjerit.
Raven menyibak rambutnya yang berantakan dan menutupi wajahnya
“ Ini aku Raven ugh aku minta maaf. Aku tidak menyangka akan mengagetkan anda sampai segitunya Tuan Cruel ”
Mendengar sosok itu adalah Raven membuat Cruel sedikit tenang.
Wajah kagetnya berubah menjadi jengkel dan frustasi, ia kembali memijat pelipisnya lalu maju ke jendela itu dan membukanya. Lalu meminta Raven untuk masuk.
Raven tersenyum kaku dan melompat masuk “ Hehehe maaf, saya hanya khawatir dengan kondisi anda… sungguh ” ucap Raven mencoba agar tidak terlihat seperti menguntit atau semacamnya.
Cruel menjambak rambutnya sendiri karena frustasi. Apa jangan-jangan selama ini Raven tidak pernah tidur di kamarnya dan terus berada di dahan pohon itu sampai fajar hanya untuk mengawasinya!?
‘Ugh sudah cukup! Anak ini pasti tidak akan kembali ke kamarnya bahkan jika aku minta berkali-kali! Dan akan kembali bertengger ke dahan pohon itu seperti gagak!’
Cruel sudah menyerah, ia duduk di kasur dan menepuk-nepuk area sebelahnya. Meminta Raven agar duduk di sampingnya.
Raven tersenyum lebar, matanya berbinar-binar saat mendapatkan izin itu. Tanpa ragu Raven naik ke atas kasur Cruel “ Apa sungguh tidak papa kalau saya ada di sini Tuan Cruel? ”
Cruel meringis dan mengangguk, melihat sosok Raven yang tersenyum lebar dan berbinar-binar seperti itu membuatnya teringat dengan ekspresi bahagia Deon saat ia membacakan sebuah buku untuknya.
Cruel berbaring dan menarik selimut menutupi tubuhnya dan tubuh Raven
“ Tentu, tapi dengan syarat. Berhentilah memanggilku dengan embel-embel Tuan. Cukup panggil saja Cruel, itu saja sudah cukup bagiku ”
Raven tersentak, senyuman itu luntur dengan ekspresi wajah gugup.
“ Ugh itu… um baiklah Cruel ”
Mendengar Raven yang memanggil namanya secara langsung tanpa tambahan embel-embel Tuan benar-benar menenangkan. Cruel tersenyum tipis dan mengusap kepala Raven sekilas.
“ Tetaplah seperti itu, tidurlah kawan ” seru Cruel dengan suara lembut.
Raven merona, dia dipuji oleh Leluhur-nim? Saudaranya? Hyungnya?!
Pada akhirnya Raven ikut berbaring dan menatap punggung Cruel, mengingat setelah Cruel mengelus rambutnya ia langsung berbalik memunggungi nya.
Malam itu Raven tidak bisa berhenti tersenyum.
Dia tidak akan pernah melupakan sedetik pun memorinya bersama Cruel.
Tidak akan pernah!
Waktu berlalu, saat tengah malam Raven terbangun karena terkejut oleh sensasi aneh, rasanya seperti terhimpit.
Raven membuka mata dan mematung saat melihat dada bidang Cruel yang tepat ada di depan wajahnya!
Lengan kekar dan berotot Cruel memeluknya dengan erat, masing-masing dari lengan itu memeluk punggung dan pinggangnya, menekannya ke dalam pelukannya.
Raven benar-benar berdebar, ingatan tentang leluhur nim yang memeluknya disaat suka dan duka membanjirnya namun selain rasa bahagia tak terkira itu.
Ada perasaan aneh yang mengganggu.
Yaitu perasaan tercekik karena tekanan tubuh besar Cruel, perbandingan tubuhnya dengan tubuh Cruel sangat berbeda, dia jauh lebih kecil dari Cruel.
‘Ugh sesak’ batin Raven tertekan.
Saat menjelang pagi Countess berusaha menahan tawanya saat melihat wajah Raven yang pucat dan seperti agak stres di pelukan mencekik Cruel.
“ Pfttt– ” tangan Countess bergerak membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suara tawanya.
Padahal Nyonya Hart berniat membangunkan Cruel karena panik saat sebelumnya mengecek kamar Raven yang kosong tapi ternyata Raven ada disini dengan keadaan terjebak di pelukan Cruel.
Astaga benar-benar pft hahahah!
Tanpa siapapun sadari kondisi pagi itu jauh lebih berwarna.
Perlahan kabut kegelapan mulai sirna di mansion Hart.
Dan angin segar pun datang berhembus, memastikan kabut itu menghilang sepenuhnya.
.
.
.
~Bersambung~
Notes:
Countess : ( Dengan tatapan penasaran Nyonya Hart menatap Cruel yang memasang wajah canggung, sedangkan Raven yang ada di sampingnya hanya fokus makan dan tidak terlalu menyadarinya ) 'Apa terjadi sesuatu diantara mereka? Jangan-jangan...!!?'
Chapter 5
Notes:
Yah aku rasa ini chapter yang sangat panjang. Aku harap kalian menyukainya!!! Jangan lupa berkomentar!! Aku sangat menghargainya! <( ╹▽╹ )/
(See the end of the chapter for more notes.)
Chapter Text
Chapter 4 [ Ruby di leher sang gagak ]
Angin berhembus pelan, memaksa para ranting dan dedaunan untuk bergerak dan berderit pelan.
Hutan pinus yang menjulang tinggi menutupi cahaya bulan dengan suara-suara hewan yang samar dan aura misteri yang mencekam.
Cruel menyipitkan matanya, mencoba untuk fokus pada pemandangan di depannya yang asing.
Perlahan sama seperti sebelumnya, keinginan acak dari kakinya untuk menuntunnya ke suatu tempat membawanya lagi.
Menjelajahi hutan asing itu.
Tanpa tujuan atau pengetahuan.
Hanya keinginanlah yang menuntun sosok remaja itu.
Perlahan Cruel mulai mendengar suara air, itu adalah suara aliran sungai yang tenang.
Kejam perlahan memfokuskan indera pendengarannya, mencari sumber mata air.
Namun setelah berjalan cukup lama, Cruel masih belum menemukan sumber suaranya.
Tiba-tiba tepat di depannya, terlihat seekor rubah dengan bulu seputih salju melompat keluar dari semak-semak. Rubah itu berhenti sejenak, mata merah sang rubah menatap pemilik mata emerald green dengan sekilas. Dan dengan cepat rubah itu mulai berlari, namun bukan lari karna takut.
Karena Rubah itu tidak masuk ke semak-semak lagi ataupun pergi bersembunyi. Yang artinya Rubah itu seolah hanya menuntun Cruel ke suatu tempat secara tidak langsung.
Cruel terus meningkatkan tempo langkah kakinya, bersamaan dengan itu suara aliran sungai mulai terdengar jelas.
Cruel berhenti di balik semak-semak saat melihat pemandangan di depannya, ia memang melihat sungai di seberang. Namun sosok remaja berusia belasan tahun dengan rambut putih sepinggang mencuri seluruh atensinya.
Sosok itu membelakangi Cruel, membuat Cruel hanya bisa melihat punggung dan bagian tubuh belakangnya.
Namun Cruel yakin sosok itu adalah Deon, mungkin Deon versi rambut panjang.
Hanya saja, saat melihat betapa lusuh pakaian dan tidak terawat nya sosok yang ia duga sebagai Deon, membuat darah Cruel mendidih.
Tanpa Cruel sadari sosok rubah salju mungil itu perlahan mulai berjalan ke arah sosok bersurai sutra di depannya.
Rubah itu menggosokkan kepalanya ke kaki sang albino, dan saat mendapatkan atensinya dengan nakal mulai memanjat dan memain-mainkan rambut sang albino yang halus seperti kucing yang mengutak-atik gorden.
Sang albino yang sebelumnya dalam posisi berdiri, menurunkan tubuhnya dan duduk di rerumputan. Menggendong Rubah salju itu dan membelai kepalanya dengan lembut. Membuat sang rubah semakin mendusel ke sentuhannya.
Terdengar tawa pelan dan lembut dari sosok itu membuat Cruel mematung, suaranya jauh lebih halus dan tenang. Namun entah kenapa terdengar agak menyedihkan, rasanya menyesakkan.
Itu suara Deon-nya.
Bayi kesayangannya.
Sang albino menurunkan Rubah salju yang manja ke pangkuannya, tangannya yang mungil dan ramping masih mengelus kepala makhluk mungil itu. Sentuhannya lembut dan menenangkan.
“ Tuan Rubah, saya dengar mereka akan melakukannya malam ini… Kira-kira apa ya? Yang akan terjadi? Sebenarnya aku belum pernah melihat anak-anak yang pergi ke misi itu kembali… Mungkinkah mereka berhasil menemukan tempat baru? Atau sedang berjuang saat ini? ” gumam Deon pelan.
Deon mencubit pelan pipi sang Rubah dengan wajah agak kesal “ Ugh tapi sebenarnya Tuan Rubah tadi kemana? Bisa-bisanya anda malah lari setelah saya panggil… ”
Rubah itu mengerang pelan dan menunjuk ke arah Cruel yang ada di belakang Deon menggunakan ujung hidungnya.
Deon mengedipkan matanya bingung dengan perilaku spirit Rubahnya. Dan perlahan menoleh ke belakang lalu mematung saat melihat sosok Cruel.
Cruel juga semakin membeku, pikirannya campur aduk. Deon bisa melihatnya kan? Sebenarnya tempat apa ini?
Manik Ruby dan Emerald green itu saling menyelam, seolah tenggelam dalam banyak hal yang memusingkan dan anehnya penuh rasa rindu.
“ Em, halo? Apakah kamu anak baru? ” tanya Deon canggung.
Cruel hendak menjawab namun suaranya tercekat, seolah tersegel di lehernya. Ia tidak bisa mengatakan apapun. Saat ia hendak maju untuk mendekat pun, kakinya juga tidak bisa digerakkan sama sekali.
Deon mengernyitkan dahinya, hendak bertanya lagi. Namun panggilan dari seorang pria dewasa dengan seragam bersimbol aneh membuat Deon tidak jadi menanyakan pertanyaannya.
“ Hei anak Rubah!!! Cepatlah!! Kau akan segera berangkat!!! ” ucap sosok berseragam itu.
Perlahan Rubah salju yang ada di pangkuan Deon memudar menjadi pecahan cahaya indah yang menyatu dalam mata Ruby dan tubuh Deon.
Deon menoleh sekilas ke sosok Cruel yang membeku dan tersenyum tipis. Padahal biasanya ia tidak terlalu suka tersenyum, namun entah kenapa saat melihat sosok berwajah tegas dan tampan dengan rambut segelap langit malam itu ia merasa harus tersenyum.
Terlebih lagi harus Deon akui, mata sehijau hutan itu sangatlah menawan. Ia ingin sekali memiliki mata seperti itu.
“ Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Kau agak familiar, tapi aku harap kita bisa bertemu lagi. Mungkin setelah misi ini selesai, kalau begitu sampai jumpa nanti!!!” ujar Deon.
Deon pun melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan dan berlari ke arah sosok berseragam itu.
Tiba-tiba dada Cruel menjadi sangat sesak, air mata mulai menetes keluar tanpa sebab. Perasaan bahwa sosok Deon yang sedang digandeng oleh pria berseragam itu terasa sangat aneh dan salah
Deon tidak akan baik-baik saja.
Mereka tidak akan bertemu lagi.
Itu bukan ‘Sampai jumpa nanti’ tapi ‘Selamat tinggal’
Tidak ini tidak boleh!!
Deon-nya tidak boleh!!!
Air mata mulai mengaburkan penglihatannya, dan saat membuka mata bayangan Deon yang dibawa oleh sosok berseragam itu bukanlah yang ia lihat.
Wajah Raven yang menatapnya dengan penuh rasa khawatir adalah yang pemandangan yang ia lihat sekarang.
Cruel mendesis, kepalanya sakit dan agak berdenyut karena banyaknya informasi yang ia proses.
Raut wajah Raven melembut “ Cruel!! Hei kau baik-baik saja? Sebenarnya apa yang kau mimpikan sampai menangis seperti itu? ” perlahan tangan Raven menyapu sisa air mata yang menggenang di pinggir mata Cruel.
Cruel hanya menghela nafas panjang, masih lelah saat ini, seharusnya setelah bangun dari tidur dia merasa bertenaga.
Tapi karena mimpi ini, dia malah merasa lelah.
Cruel mengarahkan tangannya untuk menggeser bantal namun ia berhenti saat merasakan bahwa tekstur bantal yang dia sentuh berbeda. Perlahan ia memiringkan kepalanya ke arah tangannya yang ia kira menyentuh bantal dan mematung.
Tunggu… Ini… Paha kan?
Raven sedikit mengernyitkan dahinya karena area pangkal paha yang berdekatan dengan lututnya disentuh, mungkin hampir terasa seperti diremas.
Dengan agak canggung Raven menutup matanya sambil menggigit daging pipi yang ada di dalam, mencoba menahan tawa.
“ Err… Cruel… Bisa tolong singkirkan tanganmu… Rasanya agak geli ”
Saat kesadaran Cruel sepenuhnya kembali dari kabut tidur, Cruel langsung terlonjak bangun.
Jadi sedari tadi dia ada di pangkuan Raven!!?
Rona merah tipis mulai merambat di sekitar pipi dan leher Cruel. Raven hanya berkedip bingung dengan reaksi Cruel yang aneh.
Yah sejak Raven ketahuan mengintipnya melalui jendela tempo hari, mereka selalu tidur bersama.
Cruel sebenarnya agak tertekan tapi mau bagaimana lagi kan?
Mana mungkin dia tega membiarkan Raven bertengger di dahan pohon semalaman? Bagaimana jika Raven sakit karena udara malam? Atau bagaimana jika ada hewan dan serangga beracun yang menyerangnya?
Cruel lagi-lagi menghela nafas panjang, ia memijat pelipisnya. Mencoba mengendalikan ekspresi wajahnya. Perlahan Cruel melirik ke sosok Raven yang mendekat ke meja nakas yang ada di sebelah untuk minum air putih, melegakan rasa kering di lehernya.
Raven memakai kemeja putih sederhana dengan celana hitam panjang yang tidak terlalu ketat, namun itu masih menonjolkan lekuk kakinya yang ramping. Cruel dapat melihat dengan jelas bagaimana leher dengan jakun kecil yang hampir tidak terlihat itu bergerak saat menelan air, bersamaan dengan suara tegukan yang menggoda. Bagaimana rambut sehitam langit malam itu bergoyang seolah mengundangnya untuk mencium surai hitam itu. Bagaimana mata Raven sedikit melembut dan menyipit, menciptakan ekspresi lega setelah meminum seluruh air putih yang ada di gelas. Dan… Bagaimana punggung tangannya yang halus menyeka sisa air di sekitar bibirnya yang berwarna pink persik.
Ah lupakan itu.
Cruel menutup kedua matanya dengan tangan, dan perlahan mengarahkan tangannya ke atas untuk menyibak poni belah tengahnya yang agak lepek karena berkeringat.
‘Ugh kenapa aku malah berpikir begitu di pagi hari? Dan kenapa harus Raven!?’ batin Cruel tertekan.
Cruel menurunkan kakinya dari kasur dan perlahan berjalan ke kamar mandi untuk bersih-bersih.
“ Hufttt anggap saja gelombang pubertas akhir ” sambungnya dalam hati.
Saat Cruel masuk ke kamar mandi dan menutup pintu, ia menatap pantulan wajahnya yang masih agak tersipu di cermin kamar mandi.
“ Ugh sadarlah Cruel… Usia Raven itu sama dengan Deon… Bagaimana mungkin aku malah memilih ketertarikan semacam itu padanya? Ini benar-benar tidak etis ” Gumam Cruel lirih, suara bergetar karena frustasi.
Pikiran Cruel berkecamuk, memikirkan banyak hal. Mulai dari ketertarikannya pada Raven yang tidak bermoral, dan bagaimana mimpi itu membuatnya penasaran.
Namun sekarang fokusnya terpusat pada perasaannya sendiri dengan Raven.
Oke mari kita pikirkan sejenak, Raven seharusnya tidak memiliki pesona sebanyak itu kan?
Raven berusia empat belas tahun, sama dengan usia Deon.
Deon itu manis dan imut seperti kelinci putih, adik kecil kesayangannya yang polos.
Sedangkan Raven mirip dengan gagak. Penampilannya condong ke arah cantik, mempesona dan mungkin… agak seksi?
Dan sekali lagi Cruel merona, bagaimana bisa dia menganggap Raven seksi!?
Tanpa sadar Cruel menjedotkan kepalanya ke dinding kamar mandi untuk mencari pelampiasan, membuat suara ‘gedebuk’ pelan.
Disisi lain Raven yang menguap di pinggir kasur tersentak kaget dan menatap pintu kamar mandi dengan wajah khawatir
“ Cruel! Apa terjadi sesuatu di dalam!? Kau baik-baik saja kan!? ” tanya Raven cemas.
“ Aku baik-baik saja, tidak usah kau pikirkan! Itu hanya… suara botol shampo yang jatuh… ” jawab Cruel dengan suara agak panik, refleks ia berbohong agar tidak membuat Raven khawatir.
Raven masih curiga, Cruel tidak melakukan percobaan bunuh diri lagi atau semacamnya kan?
Dengan cepat Raven menoleh ke jendela dan berfikir ‘Apa lebih baik aku awasi saja Hyung dari jendela kamar mandi? Em apa mungkin dari ventilasi udara saja agar tidak ketahuan?’ batin Raven menimang nimang keputusan.
Waktu berlalu, sekarang Raven berada di ruang makan keluarga Hart dan berada di meja makan yang sama dengan mereka.
Wajah Raven agak sedikit canggung, walaupun ini bukan yang pertama kalinya rasanya agak… Menyesakkan… Mengingat apa yang dirinya dulu lakukan pada mereka sebagai Deon.
Walaupun jelas itu tidak akan pernah terjadi lagi, dan hanya menjadi ingatan yang membekas.
Yah lupakan itu.
Remember yang melihat Raven tidak segera menyantap sarapannya, dengan lembut memberikan hidangan pembuka ringan berupa rebusan apel yang dicampur dengan sirup maple yang disajikan di mangkuk kecil yang cantik.
Manik emerald green Raven berbinar saat melihatnya, itu terlihat sangat manis dan gurih. Dengan senyuman tipis Raven menoleh ke Remember dan berkata “ Um terimakasih Tuan Remember ”
Remember hanya membalas dengan tersenyum lembut dan mundur untuk memberikan ruang saat Count Hart melihat interaksi mereka.
Raven memasukkan sesendok rebusan apel manis dengan campuran sirup maple itu ke dalam mulutnya dan melirik ke Cruel yang makan di sampingnya, postur tubuh tegap dengan wajah tegasnya yang khas adalah sesuatu yang tidak akan pernah bosan ia lihat.
Namun disisi lain Countess Hart sedikit khawatir saat melihat manik emerald green Cruel yang berkecamuk, rasanya ada yang aneh. Mungkinkah Cruel sedang stres akhir-akhir ini?
Setelah beberapa saat mereka semua selesai makan, Countess Hart langsung bertanya pada Cruel.
“ Nak, apa terjadi sesuatu? Kau terlihat agak lelah… Apakah kau sakit? Haruskah aku panggilkan dokter? ” tawar wanita bermarga Hart itu.
Cruel menggelengkan kepalanya dengan agak lemas “ Aku baik-baik saja Ibu, hanya sedikit lelah akhir-akhir ini. Mungkin karena aku jarang mengeluarkan keringat karena ini musim dingin ” elak Cruel, mana mungkin dia menceritakan mimpinya yang aneh itu? Terlebih lagi membuka topik Deon agak berisiko, itu mungkin akan membuat luka mereka terbuka lagi.
Count Hart menatap ke luar jendela dan mengernyitkan dahinya “ Jika dilihat-lihat sepertinya musim semi akan datang lebih lambat dari biasanya, seharusnya ini sudah musim semi kan? ” ujarnya dengan wajah khawatir, harga rempah dan sayuran pasti sudah naik dan mengakibatkan masalah harga pasar, dan terlebih lagi entah kenapa hewan buruan sulit sekali didapat. Jadi harga daging yang biasanya terjangkau malah melonjak naik dengan tambahan kelangkaan jumlah. Itulah alasan kenapa pasar sangat ramai akhir-akhir ini. Karena para warga tidak ingin kehilangan stok terbatas daging yang menjadi makanan pokok sekarang, namun untungnya panen kentang musim lalu cukup banyak jadi ini bisa menutupi stok daging yang terbatas. Yah walaupun sepertinya bantuan dari stok kentang tidak akan bertahan lama saat menghadapi perpanjang musim dingin ini.
Mungkinkah efek prajurit yang berburu hewan buruan sebagai pasukan makanan saat di medan perang adalah salah satu penyebabnya? Terlebih lagi perang juga bisa merusak ekosistem dan habitat para hewan. Yah itu wajar saja... Karena ini memang perang yang mengerikan.
“ Musim semi ya? ” gumam Raven pelan, suara samar dan hampir tidak terdengar.
Kalau Raven ingat-ingat, harga bunga pyrethrum yang ia beli sebelumnya agak mahal. Yah mengingat merawatnya di musim dingin sangat sulit, itu wajar.
Namun tiba-tiba Raven mulai memikirkan keadaan para anggota pasukan lotfy yang tidak akan pernah ada di dunia ini.
Deon Hart yang menjadi sosok Kapten penyelamat dan pembimbing mereka sudah… Mati.
‘Bagaimana ini?
Aku tidak ingin mereka mati lebih awal karena tidak aku bimbing.
Apa aku culik satu-persatu saja ya? Dan mungkin aku bisa meminta mereka untuk kabur ke tanah kelahiran Remember yang terkenal sulit ditembus karena medan alamnya?
Yah seharusnya bisa!’
Raven menatap penuh perhitungan ke luar jendela dan mengernyitkan dahinya saat melihat seekor gagak hitam kecil yang bertengger di dahan pohon yang memiliki lapisan salju paling sedikit.
Itu mengingatkan nya dengan Kematian.
Itu bukan gagak utusan kematian atau semacamnya kan?
Tapi dia bukan utusan Kematian lagi.
Yah mari abaikan itu, mungkin itu hanya gagak biasa.
Raven memegang dagunya, memikirkan langkah yang akan ia ambil dengan sangat fokus.
Disisi lain tanpa Raven sadari, manik hitam gagak itu berubah menjadi merah samar. Menatap Raven seolah mengawasinya.
Di makam Deon Hart, terlihat sosok berjubah hitam dengan bayangan yang menutupi setengah wajah bagian atasnya, membuat siluet matanya tidak terlihat dan hanya memperlihatkan mulut dan hidungnya.
Sosok itu memegang buku bersampul hitam dengan judul bertuliskan.
'Aku bukan bakat seperti itu'
Perlahan tulisan itu bersinar kuat dan berubah menjadi emas kemerahan.
Senyuman misterius tersungging di bibir sosok itu, ia melihat buku itu mulai melayang dan terbuka, menampilkan kebanyakan halaman kosong.
Dan saat halaman itu berhenti di halaman awal, mulai muncul tulisan berwarna hitam kehijauan yang menuliskan kisah selama era mitologi Raven bersama keluarganya terutama Cruel. Ini adalah kisah yang berbeda, sesuatu yang baru dan jelas merubah keseluruhan kisah lama.
Sejarah sedang ditulis ulang.
Sosok itu mengambil bukunya yang melayang dan meletakkan kalung choker hitam rusak karena permata Ruby di tengahnya hancur dan retak ke makam Deon, lalu perlahan sosok itu berubah menjadi kabut dan menghilang.
Sebenarnya apa yang Kematian lakukan disini?
Sama seperti hari-hari sebelumnya, Cruel dan Raven datang mengunjungi makam Deon. Raven menjinjing keranjang berisi bibit bunga pyrethrum yang ia dan Cruel beli beberapa hari yang lalu. Sedangkan Cruel membawa tas berisi peralatan menanam seperti sekop kecil, pupuk, dan penyiram tanaman. Mereka berdua mengenakan pakaian yang agak tebal, yah sepertinya mereka kapok karena saat menyelinap mereka tidak mengenakan pakaian hangat dan berakhir kedinginan di perjalanan pulang. Dan waktu itu sudah sore, jadi suhunya menjadi agak ekstrim.
Sepanjang perjalanan, Cruel terlihat kurang fokus karena tenggelam dalam perasaannya pada Raven yang memusingkan.
Sedangkan Raven hanya bersenandung pelan, menikmati perjalanannya bersama orang yang paling ia cintai, yah siapa lagi kalau bukan Cruel Hart?
Saat sudah akan dekat ke makam Deon, Raven terbelalak kaget saat melihat kalung choker lama miliknya ada di atas makam itu.
Dengan agak panik Raven menarik tangan Cruel, mencegahnya untuk mendekat lebih jauh.
Cruel berhenti berjalan secara mendadak saat Raven menarik tangannya, kaget dengan apa yang Raven lakukan tiba-tiba.
Raven dengan panik mencoba melirik ke arah lain “ Um C-cruel… Tunggu ” cicit Raven, suaranya bergetar karena panik.
Cruel menoleh dan menaikkan sebelah alisnya yang tebal “ Rav? Hei ada apa? ”
Raven menunduk dan dengan panik mencoba menjawab “ Itu… Itu… A-ada ular d-di sana! ” tunjuk Raven ke sebuah pohon besar yang kebetulan ada di makam itu dan jaraknya agak jauh dari makam Deon. Raven hanya mengarang, karena sudah terpojok.
Cruel menaruh tas berisi peralatan bercocok tanam nya dan menarik pedang yang ada di pinggangnya keluar dari sarung pedangnya.
“ Raven, carilah tempat yang aman. Biar aku urus ularnya ” ucapnya dengan nada agak waspada. Wajahnya mengeras saat berjalan dengan hati-hati ke arah yang Raven tunjuk.
Melihat kesempatan itu, Raven berlari ke makam Deon lalu mengambil kalung choker nya. Menyembunyikannya dengan memasukkan kalung itu ke kantong celananya.
Tak berselang lama, Cruel kembali mendekat dengan membawa bangkai kadal yang tertusuk seperti sate di pedangnya.
“ Raven, aku rasa yang kau lihat itu kadal, bukan ular. Tapi untuk berjaga-jaga sepertinya aku harus memanggil penjaga atau tukang kebun untuk membersihkan area taman makam ini. Bisa jadi yang kau lihat tadi memang ular dan aku gagal memburunya karena ular itu sudah kabur ” gumam Cruel, mata emerald green nya masih melihat ke beberapa arah dan tempat untuk memastikan.
Raven hanya speechless saat melihat kadal malang itu.
‘Aku kira Cruel akan datang dengan membawa tangan kosong tapi ternyata aku salah, ugh maafkan aku kadal kecil’ batin Raven kasihan.
“ Uh terimakasih, ayo tanam bunganya dan pulang. Suhunya mulai agak dingin ” ujar Raven sambil melirik ke telinga dan pipi Cruel yang memerah samar, ia khawatir dengan perkataan Countess Hart tadi pagi yang menanyakan apakah Cruel baik-baik saja? Bisa jadi Cruel saat ini sedang tidak enak badan.
Waktu berlalu, Raven perlahan menggali beberapa spot di makam Deon yang akan terlihat cocok saat ditanami bunga Pyrethrum. Sedangkan Cruel mulai menanam bunga pyrethrum nya, saat Cruel selesai menanam dan memberi pupuk ke bunganya, Raven bangkit untuk mengambil penyiram yang berada tak jauh dari tempat mereka.
Namun karena Raven kurang hati-hati saat memasukkan kalung choker nya tadi, mengakibatkan kalung choker itu kurang masuk ke dalam. Dan terjatuh ke tanah saat Raven berdiri.
Cruel menoleh ke kalung itu dan melirik ke Raven yang tidak menyadarinya, saat Raven berbalik sambil membawa penyiram tanaman. Raven terpaku ketika Cruel memegang kalungnya yang terjatuh karena kecerobohannya.
‘Jadi ini alasan kenapa Raven menatap kalung choker di toko perhiasan waktu itu? Pantas saja…’ batin Cruel puas karena tau alasan kenapa Raven seperti tertarik dengan perhiasan waktu itu. Terlebih lagi sebenarnya rasa penasaran itu sudah mengganggunya akhir-akhir ini.
“ Raven ” tangannya yang kapalan dan kokoh menyodorkan kalung choker milik Raven.
Mendengar Cruel memanggilnya, Raven semakin ketar-ketir.
“ Kau menjatuhkannya saat berdiri tadi ” ucap Cruel dengan suara tenang, namun terasa ada pemahaman di gelombang suaranya.
Mendengar itu Raven bergegas mengambil kalung choker ruby rusak yang Cruel sodorkan.
“ Ini… um yah seperti yang kau lihat ini sudah rusak, rubynya pecah… Tapi… Aku tidak ingin membuangnya karena kalung ini… memiliki banyak kenangan ” ucap Raven, matanya menyipit saat tenggelam dalam banyaknya ingatan yang membekas dan meninggalkan kesan tentang kehidupannya saat ini. Entah positif maupun negatif. Tapi yang jelas rata-rata negatif jika tidak menyangkut tentang Hyungnya.
Tiba-tiba rasa penasaran lain tentang darimana Raven memiliki kalung itu muncul di kepala Cruel “ Begitu ya? Ngomong-ngomong apakah itu kalung pemberian seseorang? ” tanyanya penasaran, wajahnya agak mengeras saat melontarkan pertanyaan itu.
Jangan bilang itu dari kekasihnya atau semacamnya?
Raven berkedip dan mengatakan dengan agak canggung, ia melirik ke arah lain karena bingung menjawab bagaimana?
“ Yah, ini dari sahabat lamaku… atau mungkin teman sih. Kami memang sering bertengkar dan tidak akur, tapi anehnya kami masih berhubungan cukup dekat ” jawabnya asal. Ia refleks mengatakannya saat mengingat hubungannya dengan Dewa Kematian.
Mendengar penjelasan Raven, seketika muncul bayangan dan perempatan siku-siku di wajahnya.
Mereka terdengar agak harmonis.
Dan entah kenapa Cruel merasa tidak suka dengan sosok sahabat yang Raven maksud.
Disisi lain Raven yang terus melirik ke arah lain tidak menyadari komuk wajah Cruel.
Cruel menghela nafas panjang, mencoba mengatur nafas dan emosinya.
Perlahan manik emerald green yang masih terbakar rasa kesal itu melirik ke kotak berisi kalung choker ruby yang ia bawa di tas pinggangnya.
Haruskah ia memberikannya sekarang?
Tangan Cruel yang terkepal di samping tubuhnya berkeringat karena gugup
“ Raven, em bisa tolong tutup matamu sebentar? ” pinta Cruel, suaranya agak serak dan bergetar karena gugup.
Raven hanya berkedip bingung, ia mengangguk dan tanpa menanyakan apapun langsung menutup matanya.
Cruel dengan gerakan pelan mengambil kotak perhiasan itu, mengeluarkan kalung choker ruby yang ada di dalamnya dan bersiap memasangnya ke leher jenjang Raven.
Cruel perlahan menyelipkan sejumput rambut yang membingkai pipi lembut Raven ke belakang telinganya. Dan melingkarkan jarinya untuk memasangkan kalung choker itu.
Raven bergidik karena antisipasi, ia merasakan dengan jelas jari-jemari Cruel bermain di sekitar lehernya.
‘Ugh g-geli, sebenarnya apa yang Hyung lakukan?... Tidak biasanya ia begini’ batin Raven penasaran.
Cruel tersenyum puas saat melihat hasil karyanya, Raven begitu indah dengan kalung choker ruby itu. Kain hitamnya melilit leher Raven yang jenjang dengan sempurna, ada sedikit corak hijau di pinggirnya, yang sebenarnya agak kurang cocok saat dipadukan dengan permata Ruby yang ada di tengahnya. Namun entah kenapa warna merah sangatlah cocok dengan Raven, membuat kalung yang seharusnya tidak terlalu cocok saat dikenakan malah begitu pas dengan Raven.
Seolah-olah gagaknya yang manis selalu cocok mengenakan apapun.
Cruel tersenyum lembut “ Sekarang kau bisa membuka matamu Rav ”
Raven dengan agak ragu membuka matanya dan kaget, ia kira jari-jemari Cruel masih berada di lehernya.
‘Tunggu jadi tekanan ini apa?’
Dengan agak gugup Raven mengarahkan tangannya ke lehernya dan terbelalak saat merasakan tekstur dari benda yang sudah sangat familiar dengannya.
‘Ini kalung choker!?’
Alih-alih menatap wajah Cruel, Raven refleks menatap sekop mengkilap yang ada di depannya dan melihat pantulannya di sana. Itu kalung choker hitam dengan garis hijau samar yang bersinar keemasan saat pantulan sinar. Ruby di tengahnya begitu pas dan tidak berat, namun ukurannya juga tidak kecil ataupun kurang menarik.
Pada akhirnya Raven mengumpulkan keberanian dan saat mendongak menatap Cruel. Nafas Raven tercekat, wajah Cruel melembut dengan senyuman yang sangat indah. Mengingatkan nya pada moment saat leluhur nim tersenyum lembut padanya.
Tanpa sadar air mata lolos dari manik emerald green itu, ia sangat terharu dengan hadiah ini.
Tuan pelindungnya.
Cruelnya.
Hyungnya.
Hidupnya.
Cintanya.
Segalanya baginya.
Raven terisak lalu tersenyum lebar. Ia tanpa sadar langsung memeluk Cruel dan membenamkan wajahnya ke dada bidang Cruel.
Cruel tersentak saat Raven memeluknya, namun saat merasakan sedikit noda basah merembes. Ia dengan lembut mengelus punggung Raven, mencoba menenangkannya tanpa mengatakan apapun.
“ Terima kasih ” ungkapan terimakasih itu berhasil keluar dari lidahnya yang kelu.
“ Terima kasih banyak, aku hiks sungguh hiks berterima kasih… Aku hiks janji akan membalasnya nanti ” ucap Raven dengan suara bergetar.
Cruel hanya tersenyum lembut dan berbisik dengan lirih “ Kau tidak perlu membalasnya, tetaplah menjadi bagian hidupku. Itu sudah lebih dari cukup ” bisik Cruel.
‘Tidak, itu tidaklah cukup. Karena kau sudah terlalu baik padaku Hyung. Ugh dasar!’ batin Raven kesal.
Pada akhirnya tawa dan candaan menghiasi pagi itu. Bersamaan dengan bunga birar merah yang mulai mekar di bawah pohon besar yang ada di taman makam itu.
Segalanya mulai berubah, kali ini ia lah yang akan menentukan takdirnya.
Nasib orang-orang yang ia cintai dengan sepenuh jiwanya.
Semuanya, akan ia tata dan ubah mulai dari sekarang.
.
.
.
~Lanjutan~
Notes:
Counts Hart berkedip binggung saat melihat kalung choker yang Raven kenakan setelah pulang dari makam Deon bersama Cruel pagi ini. Apakah itu kalung pemberian Cruel?
Sebenarnya apa yang terjadi di antara mereka? Hanya perasaan saja atau Cruel lah yang memulainya duluan?
Countess Hart: Apa iya? Ugh... Aku harus menyelidikinya...
Karena–
—Ada kesempatan kalau Raven mungkin bisa jadi menantunya!
Lona (Guest) on Chapter 1 Mon 13 Jan 2025 02:57PM UTC
Comment Actions
stuko1109 on Chapter 4 Sun 29 Dec 2024 06:20PM UTC
Comment Actions
Deon_Rose on Chapter 4 Mon 30 Dec 2024 02:14AM UTC
Comment Actions
Lona (Guest) on Chapter 5 Mon 13 Jan 2025 03:01PM UTC
Comment Actions
Deon_Rose on Chapter 5 Wed 25 Jun 2025 03:24PM UTC
Comment Actions