Actions

Work Header

Ungu

Summary:

"Furina"

 

Suara itu masih saja mengganggu pikirannya. Teringat betapa lemah tatapan pria bernetra ungu yang mencoba untuk menarik hatinya untuk kesekian kali. 

Notes:

Aku selalu terpikirkan untuk mencoba membuat Kazuha dan Furina. Sangking seringnya mereka kubawa satu party di Abbys, aku jadi memiliki ide ini.

(See the end of the work for more notes.)

Work Text:

Angin Musim Gugur Pelabuhan Ritou menerpa rambut perak Furina, gadis itu sampai menahan topinya agar tidak terbang. Turun dari kapal yang membawanya berlibur ke Inazuma, dia cukup kesulitan saat membawa koper miliknya. Tidak sempat meminta tolong pada beberapa awak kapal, terpaksa dia mengangkat tasnya dengan kedua tangan.

 

Perlahan agar dia tidak salah langkah, namun angin laut Ritou ingin bercanda dengannya, topi birunya terbang melayang. Furina melambaikan tangannya berusaha menangkap namun terlambat. "Topiku!" Diangkat tasnya kuat-kuat, dia percepat turun dari kapal. Seakan lupa berat koper miliknya, dia berusaha berlari mengejar topi kesayangannya. 

 

Didepan seorang pemuda berpakaian merah menari berputar lalu melayang di udara. Topi Furina yang semula terbang terbawa angin Ritou kini terkendali oleh elemen anemo pemuda berbaju merah. Pemuda itu menangkap Topi Furina semudah dia menggapai harapan. Furina berhenti dari pelariannya karena pemuda itu turun tepat di hadapannya. "Apa ini topi anda, nona?"

 

"Ah, iya, terimakasih." Dipakai topinya kembali lalu dia memberikan hormat kepada pemuda itu. "Terimakasih tuan, anda telah menyelamatkan Topi saya. Bolehkah saya membalas Budi anda?"

 

Pemuda itu menggeleng tanda tak pamrih, "jangan berat hati nona, saya hanya kebetulan saja. Dan lagi, saya juga harus segera pergi sekarang."

 

"Kazuha!" Suara lain dari atas kapal membuat pemuda itu menoleh kearahnya. Seorang wanita berpenutup mata sebelah melambaikan tangannya disana.

 

"Nah, saya sudah harus pergi."

 

"Ah baik." Ucap Furina yang dibalas senyuman pemuda bernama Kazuha. "Terimakasih." Dan pemuda itu kembali menggunakan elemen anemo miliknya untuk naik keatas kapal. Melihat Pemuda itu sudah sibuk dengan wanita tadi Furina berbalik untuk melanjutkan perjalanannya sampai seorang pria datang berlari kepayahan kearahnya.

 

"Lady Furina?"

 


 

"Selamat datang di Kediaman Kamisato, Lady Furina."

 

"Nona Ayaka" Furina menerima sambutan dari Kamisato Ayaka di pendopo kediamannya. Furina melepas topinya dan membiarkan Thoma membawa koper miliknya menuju ruang tamu kediaman Kamisato. "Terimakasih telah mengirimkan Tuan Thoma, kalau tanpa dia saya tidak tahu harus menyewa siapa agar diantar ke tempat anda." 

 

"Sama-sama, mari saya antar untuk beristirahat sejenak di ruang tamu kami, kami sudah menyediakan banyak makanan lokal yang anda ingin coba."

 

Furina dan Ayaka telah lama menjadi sahabat Pena setelah Festival Fontainalia tahun lalu. Dalam percakapan mereka berdua kuliner lokal selalu menjadi obrolan yang mendekatkan hubungan keduanya. Kali ini, dengan bantuan Ayaka pula Furina menggenapkan hati untuk menyeberangi laut Teyvat dan menghabiskan liburan musim dinginnya di Inazuma. Melarikan diri dari rasa bersalahnya yang tak kunjung reda atas perbuatan 500 tahun lamanya. Menjauh dari permintaan Neuvillette yang memberangkatkan dirinya.

 


 

Seminggu berlalu liburan musim dingin Furina. Pagi ini menu makanannya ada udon yang langsung disiapkan oleh Koharu, pelayan baru dari Kediaman Kamisato. Furina sudah tinggal di villa belakang Komite Tea House selama musim dingin mendatang, dia berencana kembali ke Fontaine saat musim semi tiba. Dia ingin melihat bunga sakura mekar di Inazuma, karena rencana ini bagian dari godaan Putri Kamisato di dalam suratnya. 

 

Meski demikian, memakan udon setiap pagi cukup menyebalkan bagi Furina. Karena sampai saat ini masih sulit untuknya memakai sumpit. Untungnya, Ayaka memberikan peringatan pada Furina untuk membawa satu set alat makan saat datang ke Inazuma. Gadis itu paham betul sepertinya seorang Fontainian akan kesulitan menyesuaikan diri makan dengan sumpit di Inazuma. 

 

"Selamat makan, Koharu." Ucap Furina diikuti Koharu yang makan di sisi meja lainnya. Koharu menjawab dengan sedikit kikuk. Gadis itu masih kesulitan menyesuaikan keterbukaan sikap Furina padanya. Sejak ditugaskan untuk melayani Furina selama dia liburan di Inazuma, dia selalu dipaksa Furina untuk makan di satu meja yang sama bersamanya. Alasannya Furina lebih suka hal-hal yang ramai. Mata gadis itu melirik Furina yang anggun selama makan udon buatannya. Sedangkan dia berusaha sebaik mungkin untuk tidak membuat suara selama dia menyeruput udon dari mangkoknya. Alasannya, karena Furina makan dalam keheningan layaknya seorang bangsawan Fontaine pada umumnya.

 

"Koharu, aku ingin memesan kimono. Bisakah kamu mengantarkan aku?" 

 

Pertanyaan Furina setelah dia menyelesaikan makannya membuat Koharu langsung menegakkan punggungnya, "Tentu lady Furina, saya akan antar anda ke Ogura Textiles."

 

"Aku akan menunggu di Komore Tea House, selesaikan saja pekerjaan rumahmu terlebih dahulu ya."

 

"Baik"

 

 

Begitulah perjanjian mereka berdua. Furina keluar dari Villa setelah dia menyelesaikan sarapan paginya, mendapati keramaian jalan pinggiran Kota Inazuma oleh anak-anak dan para orang tua. Sebelum dia beranjak ke Komore Tea House, dia berjalan ketepi pagar Villa untuk sejenak memandang lautan. Cakrawala terbentang jauh disana, tidak nampak pula tanah kelahiran dirinya. Sejauh itu yang dia butuhkan untuk melupakan hal-hal yang masih belum bisa dia rasa damai dalam lubuk hatinya.

 

"Furina"

 

Suara itu masih saja mengganggu pikirannya. Teringat betapa lemah tatapan pria bernetra ungu yang mencoba untuk menarik hatinya untuk kesekian kali. 

 

Sayup-sayup suara merdu mengalun sebentar. Seperti alunan seruling namun cukup rendah. Dibawah sana, ditepi jurang punggung pemuda yang nampaknya Furina kenal sebelumnya. Rambut blewah dan sedikit helai merah. Kazuha. Dari sini dia melihat Kazuha memetik sehelai rumput lagi lalu meniupnya hingga memunculkan suara aneh yang baru Furina dengar. Cukup unik pikir Furina, tanpa sadar dia bertepuk tangan cukup keras sampai membuat Kazuha berbalik menoleh kearahnya.

 

"Oh, anda."

 

"Ah" Furina tertangkap basah, pipinya sedikit merona, namun dia tidak bisa menghindar begitu saja, "Alunan musik yang unik, Tuan Kazuha." 

 

Mendengar namanya disebut, mata Kazuha membola. Dia bangkit lalu terbang melompat dengan lembut ke tepi pagar Villa Furina. Furina sampai mundur satu langkah karena kehadiran Kazuha. "Anda nona yang waktu itu bukan? Anda tahu nama saya?"

 

Tersenyum kaku, Furina berkata "Saat itu anda dipanggil teman anda, tentu saya jadi tahu bahwa itu nama anda. Ah, Perkenalan nama saya Furina."

 

Tangan Furina dia ulurkan berharap dibalas oleh Kazuha, tentu saja pemuda itu mengerti inisiatifnya. Maka dia balas dan menggenggam lembut tangan pucat milik Furina. Sedikit terkejut Kazuha saat merasakan betapa lembutnya telapak tangan Furina, namun untuk tidak mengurangi rasa hormat dia melepasnya setelah berkata, "Salam kenal Furina."

 

"Apa yang sedang anda lakukan? Bukankah anda berlayar?"

 

Kazuha memberi isyarat untuk melompati pagar dan menunjuk kursi di depan Villa. "Boleh" kata Furina.

 

"Saya dipanggil untuk membantu perlengkapan berlayar Crux Flet, Sejujurnya saya sedang ingin berdiam di tanah kelahiran saya ini." Ucapnya sembari duduk. Furina mengikuti. "Anda sendiri? Anda seperti seorang Fontainian"

 

"Anda benar, saya datang untuk berlibur selama musim dingin disini." 

 

"Yah, Inazuma tempat yang indah untuk menghabiskan waktu selama musim dingin. Anda tinggal disini?"

 

Furina mengangguk. "Bagaimana anda bisa membuat musik dari sehelai daun? Meski singkat tapi nadanya cukup bagus."

 

"Kurang lebih mirip seruling jika anda tahu alat musik tersebut." Furina mengiyakan. "Menautkan di bibir kita dengan sedikit tekanan lalu meniupnya untuk memunculkan suara yang kita inginkan."

 

"Menarik, apa anda bisa mengajari saya?" Tanya Furina dengan binar mata yang menyenangkan perasaan Kazuha. Sampai suara pintu terbuka dan memunculkan Koharu disana.

 

"Oh, Lady Furina?" Koharu terkesiap melihat Kazuha duduk bersama nona yang dia layani sekarang. "Tu - Tuan Kazuha?" Pemuda itu melambaikan tangan menyapa Koharu yang mendekati mereka.

 

"Kamu kenal Tuan Kazuha?" 

 

Pertanyaan Furina membuat gadis itu menarik minat masuk dalam percakapan, "Tuan Kazuha adalah teman Nona Ayaka juga Lady Furina, beliau adalah Samurai yang ikut andil dalam Perang melawan Dekrit Perburuan Vision di Inazuma." Furina menutup mulutnya tidak percaya, dia menoleh kearah Kazuha dan melihatnya dari atas sampai kebawah, melihat pedangnya yang disarungkan di pinggangnya lalu mata yang tersenyum bersama bibir tipis Kazuha. 

 

"Itu sepenuhnya benar, tapi semua itu juga atas bantuan dari seluruh pejuang Inazuma dan Traveler."

 

Furina tertegun mendengar Traveler disebut. Dia tersenyum kecut lalu membuang muka. Dilihatnya Koharu lalu dia teringat akan rencananya. Spontan Furina kembali bicara pada Kazuha dan berkata, "Aku ada rencana untuk memesan kimono bersama Koharu, kurasa percakapan kita hanya bisa sampai disini, Tuan." Furina beranjak dari tempat duduknya. "Saya undur diri." Ucap Furina lalu menggandeng Koharu untuk pergi. Koharu sampai lupa memberi salam perpisahan pada Kazuha. Dan Kazuha hanya bisa terdiam heran merasa terabaikan. 

 


 

"Furina"

 

Furina membeku dalam dekapan Neuvillette, dalam keheningan apartemen miliknya dan sayup-sayup suara burung malam hari yang mengerikan. Furina tidak dapat membalas pelukannya.

 

"Kurasa ini terlalu berlebihan, Neuvillette."

 

Furina merasakan gesekan hangat di lehernya, ciuman lembut terasa disana. "Angh, Neu-" disusul rasa sakit namun menyenangkan dari gigitan tepat di leher yang dicium Neuvillette disana. "Eumh, ha!" Diremas jubah Neuvillette, Furina tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya bisa mendesah selama Neuvillette terus menciumi setiap inchi kulit lehernya. Berawal dari sisi kanan kini sudah mendarat di telinga kiri. Membisikkan namanya dengan berat dan nada sedih.

 

"Haah, Furina." Kini dia kulum lembut telinga kecil Furina sebentar lalu menumpu punggung Furina dengan tangannya. Memberikan jarak sedikit untuk melihat ekspresi Furina yang kini tampak begitu menggoda. Wajah Furina semerah buah persik yang siap untuk disantap. Dan Neuvillette sudah sangat siap untuk itu. 

 

Setiap kancing baju Furina dia tanggalkan, Furina hanya bisa menahan telapak tangan Neuvillette dan menggelengkan kepala. Tapi Neuvillette tidak menerima penolakan lembutnya. Dia terus berusaha melepaskan lembar demi lembar lapisan baju Furina. "Neuvillette, cukup hari ini, aku lelah."

 

Vision yang Furina letakkan diatas meja berkedip, Neuvillette meliriknya lalu memasang kembali kancing baju Furina, dia dudukkan Furina dan merapikan kembali baju wanita itu. "Tidak kusangka kamu akan menyerangku dengan hadiah pemberianku." 

 

"Kamu tahu betul aku belum bisa mengendalikannya dengan baik." Kedua pipi Furina ditangkup Neuvillette, lalu dia menciumnya lembut. "Neuvillette, ini sudah berakhir."

 

"Tidak ada yang berakhir" ucapnya lalu menempelkan dahinya pada Dahi Furina.

 

"Aku sudah lelah Neuvillette, beri aku kebebasan." Ucapan Furina terasa begitu dingin layaknya Air Primodial, tidak lagi sehangat ombak dialautan. Neuvillette mundur dan melepaskan Furina dari dekapan, dia hanya bisa membuang muka melihat kedalam kekosongan pikirannya. "Aku ingin kita tidak bertemu dulu."

 

"Sampai kapan?" Sudut matanya melirik kearah Furina. "Sampai kapan kita tidak bertemu?"

 

"Sampai aku siap."

 

Jawaban Furina hanya menambahkan amarah Neuvillette, tapi memunculkan amarah di depan wanita yang dia cintai adalah hal terburuk yang bisa dia lakukan, dia tidak ingin melakukannya. "500 tahun lalu kau juga berjanji membuatku untuk memahami arti kelahiranku. Kau janji bahwa kau bisa membawaku hidup dan memahami kehidupan para manusia. Tapi sekarang kau yang pergi meninggalkan diriku sendirian di Palais Mermonia. Dan kau minta aku menerima janjimu sekali lagi?"

 

"Aku bukan lagi Archon." Teriaknya berharap Neuvillette mengerti bahwa janjinya tidak akan mengulur waktu lama.

 

"Kamu belum turun dari tahtamu, Furina. Kamu hanya berubah menjadi manusia."

 

Dan naga itu menyalahpahami sekali lagi apa yang Furina maksudkan. Untuk kesekian kalinya Furina lelah. Dalam marah wanita itupun menyalak "Tapi kau telah menjatuhi hukuman bersalah padaku kau ingat? Kau yang mengijinkan persidanganku dibuka, kau sudah mendapatkan apa yang kamu cari selama ini Neuvillette, kekuatan dan kekuasaanmu telah kembali, harusnya kamu sudah puas akan itu."

 

"Tahta itu bukan tujuanku." 

 

"Tapi dari tahta itu kau mengerti bukan bahwa itulah manusia?! Dari sidang itu kamu paham bagaimana manusia bertindak atas kemauan mereka?! Kau lihat bahwa keinginanku telah terpenuhi juga, kini sepenuhnya aku menjadi manusia. Tidak dikutuk maupun harus berpura-pura menjadi Archon lagi."  Furina berdiri dan berlari kearah pintu. "Pergi sekarang, Neuvillette. Aku sudah cukup bicara denganmu hari ini."

 

Dalam diam Neuvillette berdiri dan berjalan pelan menuju pintu sesuai apa yang diperintahkan oleh Furina. Namun kakinya berhenti sejenak, "Aku akan kemari lagi besok." Ucapnya lalu pergi dan dengan cepat menghilang terbang entah kemana. Dalam hubungan yang sudah mereka berdua sembunyikan dari seluruh mata dan telinga para warga dan reporter berita apalagi kini mereka berdua tidak tinggal di tempat yang sama, Furina selalu memerintah Neuvillette untuk berhati-hati jika ingin menemuinya. Wanita itu tidak ingin wajahnya terpampang dihalaman depan artikel gosip para bangsawan. Kecuali pencapaian dirinya sebagai Sutradara Furina. Furina menutup pintu memanggil para salon Solitaire dan berjongkok disana menangis memeluk kakinya sendiri. Para salon Solitaire mendekat dan ikut dalam kesedihan yang dia alami.

 

"kamu belum menjelaskan alasanmu berlibur di Inazuma" pinta Kazuha yang membuyarkan lamunan Furina. 

 

Sudah seminggu sejak pertemuan mereka berdua, kini mereka bersepakat untuk saling memanggil nama. Tentu saja itu permintaan Furina. Wanita itu ingin memulai hidupnya dengan mudah tanpa harus diikuti identitas masalalunya.  

 

Furina menggeleng pelan, "Sudah kubilang aku hanya ingin liburan. Kamu sendiri bilang ingin mengajariku bermain musik dengan daun?"

 

"Agak sulit menemukan daun yang cocok dimusim gugur, kamu tunggu sini aku carikan." Ditinggalkan Furina duduk sendirian ditepi jurang dibelakang Patung Archon Elektro di Ritou. Cukup jauh mereka pergi bermain sampai Koharu sering memarahi Kazuha karena mengajak Furina ke tempat-tempat diluar Kota Inazuma. Namun Furina lebih memilih mendukung Kazuha karena sendirinya ingin mengenal lebih jauh tempat-tempat di tanah Elektro ini.

 

Dedaunan melayang turun dari atas seperti salju, mereka hinggap di paha pucat Furina. Furina tahu hembusan angin yang membawa mereka pastilah milik Kazuha, jadi wanita itu mendongak keatas dan mendapati Kazuha tersenyum disana. Kazuha kembali duduk disamping Furina. Mengambil salah satu daun dan mempraktekan cara meniupnya, "seperti ini" suara merdu keluar pelan lalu berhenti. "Cobalah".

 

Furina mengambil daun tersebut, menempelkannya pada bibir mungilnya dan meniupnya sekuat tenaga. Malang nasib daun yang dicumbunya, dia langsung robek menjadi dua. "Pelan-pelan, sekali lagi." Furina mencoba lagi sesuai arahan Kazuha. Dia mencoba namun seperti tidak ada tiupan yang bisa menggetarkan daun yang menutupi bibir mungilnya. 

 

Kazuha menahan tawanya, dia hanya tersenyum melihat usaha Furina yang tak pernah berhasil sampai daun ke sepuluh. "Susah sekali, Kazuha!"

 

"Ahahaha, sabar. Sini lihat aku, biar aku pegangkan." Dipegangkan daun itu di mulut Furina. Wanita itu merasakan dimana jari jemari kazuha menempal disekitar bibirnya. "Coba tiup perlahan dan naikan tekanan perlahan kedepan." Mengedipkan matanya yang heterocromia, Furina mencoba sekali lagi. Dia tarik napas dalam kedalam hidungnya lalu meniupnya perlahan-lahan, "naik" kata Kazuha, "sekali lagi" lalu muncullah nada merdu sekejap darinya. Sayangnya saking terkejutnya Furina langsung berhenti dan mencengkeram kedua tangan Kazuha "Kamu bisa! Sekali lagi" dan dia mencoba lagi lalu berhasil. Daun yang bergetar dimulut mungilnya, mata Kazuha yang melihat perkembangan Furina disana tersenyum tidak berkedip karena puas. 

 

Saat daun dibibir Furina sudah tidak bisa menahan diri dan akhirnya sobek, Furina tertawa bahagia didepan Kazuha yang belum melepaskan daun itu, "Ahahaha, aku bisa Kazuha, aku bisa!"

 

Digoyangkan kedua tangan Kazuha yang digenggam Furina dalam kebahagiaan. Kazuha ikut senang dan tidak bisa memintanya untuk melepaskan kedua tangannya. Kazuha begitu terpana oleh keberhasilan Furina yang dia tahu cukup diam selama seminggu mereka bersama. Dalam angan dia ingat dan tahu bahwa Furina yang ada disini tidak lain dan tidak bukan adalah Bintang Paling tersohor seantero Fontaine. Bintang yang pernah dia lihat di Court of Fontaine sedang bercengkerama manis bersama kucing-kucing cantik disana. Bintang yang menarik perhatiannya ditengah kerumunan saat dia sedang berlabuh di Fontaine dalam perjalanannya berkeliling Teyvat bersama Crux Flet.

 

Senyum ini yang ingin kulihat lagi, Furina.

 

 

 

 

 

Notes:

Terimakasih telah membaca